Melihat Indonesia Raya

Bismillaahirrahmaanirrahiim



Indonesia tanah airku
Tanah tumpah darahku
Di sanalah aku berdiri
Jadi pandu Ibuku

Indonesia kebangsaanku
Bangsa dan tanah airku
Marilah kita berseru
Indonesia bersatu

Hiduplah tanahku
Hiduplah negeriku
Bangsaku rakyatku semuanya

Bangunlah jiwanya
Bangunlah badannya
Untuk Indonesia Raya

Indonesia Raya
Merdeka merdeka
Tanahku negeriku yang kucinta

Indonesia Raya
Merdeka merdeka
Hiduplah Indonesia Raya

Indonesia, terdiri dari dua kata, Indo dan nesia. Indo ditejemahkan sebagai campuran. Jika ada nona cantik dengan kulit yang bersih ala Indonesia tapi bermata biru, hampir dipastikan bahwa nona cantik itu adalah keturunan Indonesia Eropa, boleh jadi Ayahnya yang Eropa dan ibunya Indonesia, atau sebaliknya.

MELIHAT INDONESIA RAYA

Kata kedua nesia, menjadi kata yang biasa digunakan untuk menamai negara-negara seperti malaysia atau wilayah etnografi tertentu seperti melanesia atau polinesia. Namun jika mau sedikit mengernyitkan dahi, sebenarnya kata nesia diambil dari bahasa Arab yaitu naas atau manusia yang asal katanya adalah nasiya yang artinya lupa, sedangkan kata naas atau an-naas didokumentasikan dalam AlQur’an sebagai salah satu surat terakhir penutup dari 114 surat dalam Quran.

Indonesia adalah kumpulan dari manusia-manusia campuran yang menghuni dan bermukim di kepulauan yang tersebar dan diapit oleh dua benua, Asia dan Australia.

Jika dirangkai dengan sikap bijak, indonesia adalah kumpulan dari manusia-manusia campuran yang menghuni dan bermukim di kepulauan yang tersebar dan diapit oleh dua benia, Asia dan Australia. Lebih dari 1300 suku bangsa menetap menjadi warga Negara Republik Indonesia, dengan populasi terbesar yaitu suku Jawa kemudian Sunda, lalu disusul kemudian oleh suku Tiongkok, Melayu, Madura, Batak, Minangkabau, Betawi, Bugis, Arab, Banten, Banjar, Dayak dan suku-suku lainnya yang tersebar di seluruh pulau-pulau dari mulai pulau besar hingga pulau terpencil.

Bukan hanya keragaman suku bangsa yang telah dilahirkan di tanah tumpah darah Ibu Pertiwi, tapi juga hampir seluruh agama ada di negeri ini, mulai dari Islam, Nasrani, Hindu, Budha, Yahudi, Kong Hu Chu, berikut cabang-cabang aliran agama serta kepercayaan, semuanya ada di Indonesia, sehingga tak salah jika negeri ini bisa disebut sebagai miniatur dunia.

Semua suku yang lebih dari 1300 suku berikut anak turunannya, semuanya mengakui bahwa Indonesia adalah tanah airku, dan di sanalah telah tetumpah darah Ibu Pertiwi, Ibu yang telah melahirkan seluruh suku bangsa pada jaman dahulu kala.

Semua suku bangsa di negeri ini mengakui sebagai satu bangsa, satu kebangsaan, satu tanah air, satu bahasa yaitu Indonesia. Di dalam dada mereka sudah tertama rasa bahwa tak ada tanah air yang lebih dicintai, kecuali Indonesia, sehingga jika kesadaran sebagai bangsa yang besar dan akan menjadi cikal bakal pemimpin seluruh dunia sudah tertanam kuat pada seluruh warga negaranya, akan bercucuranlah air mata dan tertumpah menggenangi seluruh wilayah karena rasa syukur yang dalam sebab sudah dikumpulkan di tanah yang sama, dan air yang sama yang menyimpan jutaan kekayaan yang tidak pernah habis untuk dinikmati sepanjang hayat.

Dan apa yang terjadi dengan Indonesia kini? Kita sesungguhnya belum merdeka dari penjajahan yang dilakukan oleh jiwa-jiwa serakah dari sejumlah oknum bangsa sendiri. Kerakusan dan ketamakan telah mengalahkan rasa kasih sayang, kepentingan pribadi dan golongan telah bertahta memerintah semua anak bangsa.

Kita bangsa yang berketuhanan Yang Maha Esa, tapi implementasinya masih jauh dari yang diharapkan, agama masih dijadikan alat untuk berkuasa, pedang keadilan berasa tajam ke bawah dan masih tumpul ke atas, kemanusiaan yang adil dan beradab masih belum bisa menjadi panutan bermasyarakat secara adil. Persatuan kita masih dikoyak-koyak oleh kepentingan golongan yang merasa lebih baik dari golongan yang lain, padahal meraka dilahirkan di tanah air yang sama, Indonesia

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dan permusyawaratan perwakilan masih menjadi kuda tunggangan untuk meraih kursi kekuasaan yang selanjutnya berpesta pora menikmati kekayaan pundi-pundi negara melalui tindak pidana korupsi yang mewabah di seantero negeri, tak ada bilik-bilik birokrasi yang aman dari cengkeraman tangan-tangan pencuri anggaran, mafia masih merajalela menguasai hajat hidup dan kepentingan orang banyak, apalagi ketika mafia pengusaha berkolaborasi dengan pejabat penjahat negara.

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, masih belum merata, pembangunan terus berjalan, namun ketimpangan sosial ekonomi tidak pernah berkurang jumlahnya, selalu saja ada kejahatan dan tindak kriminalitas yang terjadi menghiasi seluruh layar kaca di media mainstream atau di pojok-pojok berita dunia maya.

Sesungguhnya kita belum merdeka menjadi bangsa seutuhnya, kemerdekaan yang diproklamirkan oleh Soekarno-Hatta baru kemerdekaan secara fisik atas tanah jajahan yang dikuasai oleh VOC selama 350 tahun dan kemudian dilanjutkan oleh Jepang selama 3,5 tahun. Wilayah Indonesia secara teritorial sudah merdeka dari penjajahan, tapi wilayah dan kedaulatan sosial, ekonomi, dan politik politik kita masih terjajah oleh kepentingan-kepetingan pribadi dan golongan juga kepentingan dunia global.

Hiduplah Indonesia Raya, mari kita rebut kembali seluruh tanah air yang sudah direbut dan dinikmati bukan oleh bangsa kita sendiri, mari menyatukan visi bahwa Indonesia bukanlah sekedar Indonesia tapi Indonesia harus menjadi Indonesia Raya, Indonesia yang besar, yang penduduknya berketuhanan Yang Maha Esa, yang seluruh kehidupan kemanusiaannya penuh keadilan dan penuh dengan peradaban yang tinggi dan berwibawa.

Mari menjadikan Indonesia yang bersatu baik jiwa maupun raga, baik lahir maupun batin. Marilah kita jadikan demokrasi yang berasaskan pada kerakyatan yang dimpimpin oleh hikmah kebijaksanaan dan permusyawaratan perwakilan sebagai asas demokrasi yang berpihak pada kerakyatan bukan pada kekuasaan dan diperjuangkan sebesar-besarnya dengan penuh hikmah dan kebijaksanaan dengan menyelenggarakan musyawarah yang benar penuh permufakatan serta menjunjung tinggi perwakilan dari semua suku bangsa, dan agama serta budaya masing-masing daerah sebagai satu kesatuan kebangsaan.

Marilah juga meninggikan derajat keadilan yang benar-benar adil untuk semua strata sosial kemasyarakatan, hukum ditegakkan bukan hanya untuk para pencuri kelas teri yang terjebak oleh persoalan ekonomi, tapi juga ditegakkan untuk para pencuri uang rakyat di semua level dan tingkatan birokrasi agar tercipta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan agar tercipta negara yang didambakan Tuhan, baldatun thoyyibatun, negara yang di dalamnya penuh dengan kebaikan dan kemaslahatan, wa robbun ghofuur, negara yang memiliki sistem pemerintahan yang terkendali, bersih dari korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan sehingga rahmat dan ampunan Tuhan melindungi seluruh penghuni negara ini yang semuanya dilahirkan oleh Ibu Pertiwi, Ibunya seluruh suku bangsa Indonesia yang hingga kini terus merintih dan berdo’a karena kekayaan emas, intan dan permata berharganya telah jatuh dan dikuasai oleh jiwa-jiwa tamak dan serakah.

Hiduplah Indonesia Raya

Bandung, 20 Januari 2018

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url