AL-QOYYUUM, Dzat yang Maha Mandiri
القيوم
Bismilaahirrahmaanirrahiim.
Al-Qayyuum adalah salah satu dari 99 asma Allah. Al-Qayyum terambil dari kata qooma, yaquumu, .... qoyyuum. Sebagai salah satu asma dari 99 Nama Allah yang baik (Asmaaul Husna), adalah menjadi kewajiban kita mengikuti irama dan ritme substansi yang tersirat dari Al-Qayyuum.
Al-Qayyuum atau juga bisa dibaca Al-Qoyyuum, secara harfiyah berarti tegak, berdiri, jika disandingkan dengan sederhana Allah itu maha Qayyuum atau Allah itu Maha Tegak atau Maha Berdiri, namun pengertian sederhana tersebut rasanya lebih pas dan terasa lebih bermakna jika diinterpretasikan dengan mandiri, Allah adalah Dzat yang Maha Mandiri.
Dalam Surat Al-Baqarah terdapat satu ayat yang populer disebut ayat kursi, karena di dalamnya ada kata kursiy yang artinya kedudukan, jadi tidak salah jika ayat kursi ini mengandung makna yang tersirat dan teramat dalam mengenai kedudukan, posisi, jabatan dan status Allah sebagai Rabb, sebagai Ilah dan sebagai pribadi yang qayyuum, yang mandiri.
Setelah kalimat "Allah, tiada Tuhan kecuali hanya Dia, Dia-lah yang Hayyun, Dia-lah Qayyuum. Kata terakhir yaitu Qayyuum, menunjukkan sisi pribadi Allah yang Maha Mandiri, tidak pernah tergantung kepada siapa pun, karena semuanya Dia yang memiliki. Sebaliknya semua ciptaan-Nya sebagai mahakarya yang tak berkesudahan mengandung nilai puji, cipta, karya dan rasa yang teramat mengangumkan, semuanya tidak punya kemandirian seperti yang dimiliki Allah yang Qayyuum, Dzat yang Maha Mandiri.
Lihatlah ketika Allah menciptakan semesta raya yang tak berdaya di hadapan qudrah dan iradah-Nya, tak satu pun, tak seorang pun, pada hakekatnya terlibat dalam proses penciptaan, semuanya berada dalam genggaman kuasa dan kehendak-Nya semata yang tak pernah melibatkan siapa pun.
Juga pandanglah jika pun semua manusia ini beriman kepada-Nya, atau semuanya ingkar kepada-Nya, tak sebilah rambut pun berpengaruh terhadap kekuasaan-Nya yang tak dibatasi oleh luasnya ruang dan panjangnya waktu, karena Dia-lah yang Qayyuum, Maha Mandiri. tak tergantung pada siapa pun
.
Lalu, apakah kita pernah merenung, sudahkah kita meneladani sifat Allah yaitu Qayyuum, sebagai sifat yang dianjurkan untuk kita miliki, kemandirian sebagai seorang insan yang beriman, tidak menggantungkan harapan kepada manusia dan hanya menggantungkan harapan kepada Allah?
Orang yang beriman dan keimanannya dilandasi kesadaran dan kewaspadaan akan selalu menggantungkan harapan hanya kepada Allah seorang, dan akan mengabaikan semua kepiawaian yang dimiliki serta janji-janji dan hal-hal lain yang akan menyeret dirinya bergantung pada manusia, sesama hamba-Nya.
Sebab tidak ada sedikit pun jaminan jika kita menggantungkan harapan setinggi apa pun kepada manusia, karena manusia punya kecenderungan dan terikat oleh sistem kehidupan yang semuanya salling bergantung dan berkaitan satu sama lain.
Dan Allah saja lah, Dzat yang sangat memiliki kelayakan untuk menjadi tempat bergantung semua insan, sebab Dia-lah Allah yang Qayyuum, Dzat yang Maha Mandiri, tidak bergantung pada apa dan siapa pun.
Jadi siapa saja yang tidak menggantungkan semua harapan kepada Allah, selayaknyalah untuk melakukan evaluasi dan perbaikan secara intensif, sudah sejauh manakah kita menaladani sifat dan nama Allah yang Qayyuum, Dzat yang Maha Mandiri dalam sifat dan perbuatan.
Semoga bermanfaat