5 Sumber-sumber Keberkahan

Banyak sekali sumber keberkahan yang sudah dijelaskan Allah kepada manusia, di antaranya adalah kota Mekah, Pribadi Baginda Rosulullah SAW, Al-Qur’an, Makanan dan Minuman yang halal dan toyyiban serta Negara yang Toyyibatun wa Robbun Ghofur.

Sumber-sumber Keberkahan

Kota Mekkah
Dalam ayat Qur’an Surat Ali Imran ayat 96 disebutkan

إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِّلْعَالَمِينَ

Artinya: Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di BAKKAH (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.

Mengapa Mekkah?
Semua agama di dunia mengetahui bahwa Kota Mekah menjadi kota tujuan ibadah pertama umat manusia sejak dibangun oleh Nabiyullah Ibrahim alaihissalaam. Kota Mekah juga menjadi saksi sejarah kisah penyembelihan Nabiyulooh Ismail alaihiissalaam. Beberapa kalimat dalam ayat-ayat Qur’an seringkali diulang-ulang yang tujuannya mengingatkan manusia yang melekat padanya sifat lupa. Manusia menjadi tempat bersemayamnya kesalahan dan sifat lupa.

Pada Surat Ali Imran ayat 97

فِيهِ آيَاتٌ بَيِّـنَاتٌ مَّقَامُ إِبْرَاهِيمَ وَمَن دَخَلَهُ كَانَ آمِنًا وَلِلّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلاً وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ الله غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ

Artinya: Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.

Pada ayat tersebut Allah memberikan garansi langsung (direct guarantee) bagi siapa saja yang memasuki Baitullah (Kota Mekah), maka akan amanlah dia. Dan jika kita perhatikan kalimat walillaahi ‘alann naasi, di situ ada penekanan bahwa kewajiban haji diberlakukan bagi umat manusia secara keseluruhan, bukan hanya menjadi kewajiban orang Islam saja, tapi seluruh umat manusia, yang penting dia berhaji ke Baitullah dengan bekal karena Allah, bukan karena ingin menyandang status Pak Haji atau Bu Hajjah atau niat dan motivasi lainnya yang bertentangan dengan keikhlasan dan ketulusan.

Kota Mekkah juga menjadi kelahiran Nabi dan Rasul terakhir yaitu Baginda Rosulullah Muhammad SAW, manusia terpuji dan penuh keteladanan dari seluruh perjalanan hidupnya. Sejak muda Baginda terkenal denan julukan al-amin atau pribadi yang dipercaya, baik dalam hubungan bisnis, sosial kemasyarakatan dan perilaku politik kenegaraan pada saat itu, terlebih ketika mengambil keputusan strategis pada peristiwa peletakan kiswah ka’bah yang dilakukan bersama-sama oleh seluruh kabilah dan suku-suku besar pada saat itu.

Kota Mekah menjadi kota penuh berkah, siapa pun yang berdo’a di Masjidil Haram, akan dikabulkan, siapa pun yang hatinya berbisik menginginkan sesuatu, akan dijawab dengan peristiwa yang dia alami, siapa pun yang meminum air zam-zam, ia akan diberi anugrah kesehatan, karena air zam-zam memiliki kandungan mineral yang sangat tinggi untuk memperbaiki sel-sel dalam tubuh manusi.

Buah Kurma adalah buah yang sering disebut dalam beberapa hadits Rosulullah SAW, buah kurma yang memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, enak dimakan dan mengenyangkan hanya bisa tumbuh di jazirah Arab termasuk di Kota Mekkah. Pada salah satu riwayat hadits, ketika para mujahid kelaparan dan kehausan akibat perang berlarut yang berkepanjangan, Rosulullah memberi makan satu biji kurma untuk kurang lebih sekitar 300 pasukan, dan semua kenyang semua senang.


Keberkahan Kota Mekah juga bisa kita telusuri sebagai kota yang di dalamnya terdapat Masjidil Haram atau masjis yang diharamkan diinjak oleh manusia yang di dalam hatinya penuh dengan kekufuran. Sejumlah hadits meriwayatkan keutamaan Sholat sunat dua roka’at di Masjidil Haram dibanding sholat di masjid lainnya dengan beberapa ratus derajat. Itu baru sholat sunat, apalagi jika ibadah-ibadah personal lainnya dilakukan di dalam area Masjidil Haram seperti membaca Qur’an, melantunkan dzikir dan sebagainya, sungguh anugerah yang tak bisa dihitung nilainya. Bahkan jika siapa pun berhaji ke Baitullah dengan syarat utama hanya karena Allah, jaminannya adalah surga, tentu saja dengan banyak syarat dan ketentuan yang sudah ditetapkan dalam syari’at yang menggiring manusia menjadi hajjan mabruuron, bukan haji mabur atau haji ngawur.

Bersambung...

Bandung, 06 Juni 2018
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url