Menunggu Dibelah Waktu
serpihan keringat membasuh kelopak mataku
menyeka semua peristiwa yang terlalui
ujung waktu pun tak terbebas dari rasa bersalah
mengantarkan hari-hari yang menanti
kereta kencana dengan kuda-kuda tampan
berada di antara barisan berbanjar
para punggawa yang gagah perkasa
masih adakah waktu bernafas lega
pada pagi yang dijanjikan
sebab diri ini tak pernah tahu
saat jangkar dilepaskan
tanda waktu sebuah biduk
arungi jalur pelayaran panjang berliku
di samudra luas Rahman Rahiim
hadapi perang yang tak pernah usai
menunggu dibelahnhya waktu
oleh Sang Pemilik
tak terbantah
menyeka semua peristiwa yang terlalui
ujung waktu pun tak terbebas dari rasa bersalah
mengantarkan hari-hari yang menanti
kereta kencana dengan kuda-kuda tampan
berada di antara barisan berbanjar
para punggawa yang gagah perkasa
masih adakah waktu bernafas lega
pada pagi yang dijanjikan
sebab diri ini tak pernah tahu
saat jangkar dilepaskan
tanda waktu sebuah biduk
arungi jalur pelayaran panjang berliku
di samudra luas Rahman Rahiim
hadapi perang yang tak pernah usai
menunggu dibelahnhya waktu
oleh Sang Pemilik
tak terbantah
© Syantrie Aliefya