Wajah-wajah Nista Orang yang Mengaku Beriman
Cara paling mudah untuk mensejahterakan diri adalah dengan tidak memelihara sifat keserakahan, karena insan diciptakan dengan ketidakpuasan.
Dan batas paling sahih serta paling mujarab untuk memerdekakan perbudakan yang mendominasi diri adalah dengan menghidupkan rasa syukur dalam setiap rejeki apa saja yang telah diberikan.
Kerakusan dan keserakahan serta ketamakan adalah wajah-wajah nista insan beriman yang ternodai kesucian fitrahnya mengenal Tuhan. Rakus, serakah dan tamak menjadi perisai yang salah ketika dimanjakan dan bakal menjadi bumerang yang berpotensi dahsyat mengkontaminasi seluruh pengakuan kerelaan menghamba pada Tuhan.
Tuhan dengan sangat murahnya memberikan apa yang Dia punya untuk semua kepentingan kehidupan manusia tanpa pandang bulu, apalagi pilih kasih. Dan seorang mu'min yang memiliki kedewasaan yang sangat matang akan merelakan dengan ketulusan dan mencoba bertahan untuk tetap memiliki kesanggupan saat melewati berbagai persoalan dalam kehidupan dirinya.
Bagi seorang mukmin, kekayaan yang diberikan Tuhan bakal menjadi jembatan terbaik bagi dirinya untuk tetap mendekatkan dirinya pada Tuhan. Pula, ia takkan terkecoh dengan berlebihnya harta yang semudah mengedipkan mata. Baginya, Tuhanlah satu-satunya sosok yang sangat teramat pandai mengekspresikan rasa syukur.
Bagi seorang mu'min, kemiskinan yang ditimpakan Tuhan bakal menjadi sarana tercepat meningkatkan kualitas kesabaran, karena ia tahu bahwa Tuhan, satu-satunya pemilik kesabaran yang tak berbatas.
Seorang mu'min tak terkecoh dengan kekayaan, tak terseret oleh kemiskinan menuju kekufuran. Baginya, keduanya memiliki nuansa ujian, syukur yang dilandasi kesabaran. Karena, keduanya hanya titipan yang bersifat sementara dan sangat fana. Kekayaan dan kemiskinan, bagi seorang mu'min sejati adalah jembatan terindah menuju maghfirah dan Ridha Tuhan.
Kerakusan, keserakahan serta ketamakan adalah parameter paling akurat untuk meluluskan seorang mu'min berlimpah harta dari ujian. Dan jurus pamungkas menguji kesabaran seorang mu'min yang ditempa dengan kemiskinan adalah keputusasaan.
Tinggal sikap yang sangat bijak diperlukan, untuk melakukan siasat cerdas menyikapi keduanya, agar lulus ujian menjadi pengkut setia Baginda Rasulullah SAW.
Bulan Ramadhan, tinggal menghitung hari, di bulan mulia itu, Tuhan menawarkan rahmat, ampunan dan keleluasaan memilih surga Firdaus sebagai dambaan. Siapa saja yang cermat, akan memperoleh semua fasilitas yang ditawarkan.
Semoga bermanfaat.

Dan batas paling sahih serta paling mujarab untuk memerdekakan perbudakan yang mendominasi diri adalah dengan menghidupkan rasa syukur dalam setiap rejeki apa saja yang telah diberikan.
Kerakusan dan keserakahan serta ketamakan adalah wajah-wajah nista insan beriman yang ternodai kesucian fitrahnya mengenal Tuhan. Rakus, serakah dan tamak menjadi perisai yang salah ketika dimanjakan dan bakal menjadi bumerang yang berpotensi dahsyat mengkontaminasi seluruh pengakuan kerelaan menghamba pada Tuhan.
Tuhan dengan sangat murahnya memberikan apa yang Dia punya untuk semua kepentingan kehidupan manusia tanpa pandang bulu, apalagi pilih kasih. Dan seorang mu'min yang memiliki kedewasaan yang sangat matang akan merelakan dengan ketulusan dan mencoba bertahan untuk tetap memiliki kesanggupan saat melewati berbagai persoalan dalam kehidupan dirinya.
Bagi seorang mukmin, kekayaan yang diberikan Tuhan bakal menjadi jembatan terbaik bagi dirinya untuk tetap mendekatkan dirinya pada Tuhan. Pula, ia takkan terkecoh dengan berlebihnya harta yang semudah mengedipkan mata. Baginya, Tuhanlah satu-satunya sosok yang sangat teramat pandai mengekspresikan rasa syukur.
Bagi seorang mu'min, kemiskinan yang ditimpakan Tuhan bakal menjadi sarana tercepat meningkatkan kualitas kesabaran, karena ia tahu bahwa Tuhan, satu-satunya pemilik kesabaran yang tak berbatas.
Seorang mu'min tak terkecoh dengan kekayaan, tak terseret oleh kemiskinan menuju kekufuran. Baginya, keduanya memiliki nuansa ujian, syukur yang dilandasi kesabaran. Karena, keduanya hanya titipan yang bersifat sementara dan sangat fana. Kekayaan dan kemiskinan, bagi seorang mu'min sejati adalah jembatan terindah menuju maghfirah dan Ridha Tuhan.
Kerakusan, keserakahan serta ketamakan adalah parameter paling akurat untuk meluluskan seorang mu'min berlimpah harta dari ujian. Dan jurus pamungkas menguji kesabaran seorang mu'min yang ditempa dengan kemiskinan adalah keputusasaan.
Tinggal sikap yang sangat bijak diperlukan, untuk melakukan siasat cerdas menyikapi keduanya, agar lulus ujian menjadi pengkut setia Baginda Rasulullah SAW.
Bulan Ramadhan, tinggal menghitung hari, di bulan mulia itu, Tuhan menawarkan rahmat, ampunan dan keleluasaan memilih surga Firdaus sebagai dambaan. Siapa saja yang cermat, akan memperoleh semua fasilitas yang ditawarkan.
Semoga bermanfaat.