Semesta Bersahut Takbir

semesta bersahut takbir
image: nu online

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Allaahu Akbar … Allaahu Akbar … Allaahu Akbar …

Laa Ilaaha Illallaahu Wallaahu Akbar

Allaahu Akbar Wa Lillaahil hamd

Allah Mahabesar … Allah Mahabesar … Allah Mahabesar …

Tidak ada Tuhan kecuali Allah. … Dan Allah lah yang Mahabesar …

Allah Mahabesar … Dan bagi-Nya lah segala pujian

Segala puja dan puji, kreasi, cipta dan karya hanya milik Allah yang Mahabesar. Kemahabesaran-Nya tak berbatas, tak berujung, dan tak mampu dijangkau siapa pun, kecuali atas kehendak-Nya saja.

Ramadhan telah berlalu, kepergiannya tak bisa dicegah, seperti kedatangannya yang tak dapat ditolak. Kehadirannya menghiasi indahnya semesta kehidupan, meskipun keberadaannya teramat singkat hanya sebulan, namun langkah-langkah strategis dari Allah yang Mahabesar sebagai Pemilik semesta melalui kehadiran bulan Ramadhan adalah sebuah keniscayaan yang tak bisa dipungkiri, telah memaknai hari-hari menikmati santapan lezat lahir maupun batin.

Allaahu Akbar ... Allaahu Akbar ... Allaahu Akbar ...

10 hari bertabur rahmat, 10 hari berlimpah ampunan dan 10 hari kemenangan mendapatkan satu malam dahsyat Laylatul Qadar yang di dalamnya seorang mu’min diperkenankan untuk meminta Firdaus, Syurga yang penuh dengan kenikmatan. Semuanya sudah disajikan Allah hanya pada bulan Ramadhan. Betapa tak terhitung nikmat yang telah dianugrahkan Allah bukan hanya untuk mereka yang mengaku mu’min, bahkan umat manusia di seluruh mayapada mendapatkan bias dan dampak dari kehadiran bulan Ramadhan. Sungguh betapa sangat Maha Pemurahnya Allah yang Mahabesar. Sehingga sangat tidaklah pantas dan teramat tidak layak jika seorang mu’min tidak pernah memiliki rasa syukur sedikitpun atas anugrah yang telah diberikan melimpah ruah pada bulan Ramadhan.

Allaahu Akbar ... Allaahu Akbar ... Allaahu Akbar ...

Semesta bertasbih. Kepantasan seorang mu’min dalam menjalani kehidupan adalah meneladani karakter Allah yang mahasuci, Al-Quddus adalah nama Allah yang artinya suci, suci dari segala kekurangan, suci dari segala penyerupaan terhadap-Nya, suci perbuatan-Nya, suci semua sifat-Nya.

Seorang mu’min selayaknyalah untuk mensucikan seluruh anggapan yang salah tentang kemahasucian Allah. Sangat tidak pantas jika Allah diposisikan sederajat dengan berhala dan tuhan-tuhan serta ilah-ilah yang lain yang de facto adalah mahluk-Nya yang tak berdaya sedikit pun, bahkan untuk bergerak sekalipun. Menyongsong hidup dengan nafas kesucian untuk menggelar tatakarya berlandaskan sifat kesucian Allah dari segala penyerupaan terhadap-Nya diaplikasikan dalam kehidupan seorang mu’min yang dituntut untuk mensucikan seluruh niat dan motivasi, mensucikan seluruh pola pikir dan falsafah hidup yang dilumuri kemusyrikan serta mensucikan semua gaya hidup yang terkontaminasi oleh gaya hidup kaum musyrikin.

Allaahu Akbar ... Allaahu Akbar ... Allaahu Akbar ...

Semesta bertahmid. Allah, betapa sangat mulianya Dia menjabat sebagai ILAH, Tuhan pemilik semesta jagad raya.

Tak sedetik pun dibiarkan-Nya sistem kehidupan berjalan tidak seimbang. Lihatlah matahari yang tak pernah berhenti bersinar, bulan yang tetap setia mengawal putaran bumi di rotasi masing-masing, tak luput milyaran bintang yang berkedap kedip menghiasi keindahan malam, yang semuanya bergerak, berjalan dan berputar hanya atas kehendak-Nya. Subhaanallah.

Semua mahluk yang hidup dan begerak di seluruh dimensi kehidupan langit dan bumi berjalan mengikuti sunnatullah yang tidak pernah terganntikan oleh apa pun, tidak pernah tertandingkan dengan apa pun. Semua mahakarya Allah mengandung nilai puji, nilai guna, nilai cipta, dan pada malam akbar semuanya bertakbir, mengakui kemahabesaran Allah yang tidak terlepas dari nilai, esensi dan substansi puji, karena semuanya berada di genggaman tangan sistem-Nya.

Allaahu Akbar ... Allaahu Akbar ... Allaahu Akbar ...

Semesta bertahlil. Laa ilaaha illallaah, Tidak ada Tuhan selain Allah.

Allah yang Ahad, Esa, Satu dalam kekomplekskan, kompleks dalam ketunggalan. Allah sajalah tempat bergantungnya semua mahluk di semesta jagad raya. Jika saja Allah yang sangat menumpahkan kasih sayang kepada mahluknya sedetik saja membiarkan kehidupan berjalan tanpa kehendak-Nya, sungguh akan hancurlah kehidupan, tak tersisa sedikit pun. Allah sajalah tempat seorang mu’min menyandarkan, menggantungkan mewakilkan semua urusannya kepada-Nya.

Berlimpahnya kekayaan dan kemewahan, banyaknya pengetahuan dan kayanya pengalaman serta betapa pun sangat tingginya kedudukan seseorang, semuanya tidaklah dapat menjadi jaminan sedikit pun untuk bisa lari dari kehendak Allah. Allah sajalah Ilah, Allah saja lah Tuhan tempat semua mahluk menggantungkan hidup pada-Nya. Semua mahluk-Nya, termasuk manusia hanyalah sebuah bayangan yang dapat leluasa bergerak ketika pemilik bayangan bergerak. Manusia bisa hidup dan leluasa bergerak karena terbiasa oleh cahaya-Nya yang menyinari semua semesta. Tidak ada kepantasan sedikit pun untuk tidak mengakui kekuatan lain, karena hanya ada satu saja Ilah, hanya ada satu saja Tuhan, yaitu Allah.

Allaahu Akbar ... Allaahu Akbar ... Allaahu Akbar ...

Ramadhan telah berlalu, seorang mu’min kini dihadapkan pada tantangan baru, kehidupan baru yang sudah disiapkan Allah. Tak pantas jika training on the spot yang sudah diberikan Allah selama Ramadhan tak membekas, tak berjejak dan tidak teraplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Kesabaran, ketangguhan, kesanggupan, ketekunan, keyakinan, ketawakkalan, penyandaran, semangat juang, pengorbanan serta perencanaan dan penjadwalan yang teratur yang sudah dibiaskan Ramadhan terhadap diri dan jiwa serta hati dan pikiran seorang mu’min hendaknya dapat menjadi bekal menyusuri perjalanan berikutnya tanpa bimbingan Ramadhan, hingga akhirnya semua dipanggil pulang menuju pangkuan Allah. Semoga kita semua dapat membawa hati yang penuh kedamaian, pikiran yang sarat dengan ketenteraman dan jiwa yang penuh ketenangan ketika akhir dari masa aktif hidup kita diputuskan melalui kematian.

Allaahu Akbar ... Allaahu Akbar ... Allaahu Akbar ...

Di penghujung tulisan ini, saya hanya ingin mengucapkan Selamat Idul Fitri 1 Syawal 1434 Hijriyah, mohon maaf lahir dan batin, semoga semua sahabat memiliki ketulusan dan keikhlasan untuk memaafkan kesalahan, karena tiada yang lebih indah dari hubungan sesama manusia kecuali saling memaafkan untuk membangun sebuah keharmonisan.

Minal ‘aaidiin wal faa iziin, taqabbalallaahu minnaa wa minkum, shiyaamanaa wa shiyaamakum.

Semoga bermanfaat.

Silakan bagikan tulisan ini di akun sosial media Anda supaya teman-teman Anda juga bisa mendapatkan manfaat yang sama

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Semesta Bersahut Takbir"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

top