Buruk Rupa Cermin pun Dibelah

Buruk Rupa Cermin pun Dibelah

Oleh : Syantrie Aliefya

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Buruk rupa cermin dibelah, yang buruk wajahnya yang dibelah cerminnya. Seseorang yang tidak pernah mengakui kesalahan yang diperbuatnya, tapi mencari kambing hitam sebagai pelampiasan. Manusia yang tidak pernah melakukan introspeksi diri, akan selalu menjustifikasi kemenangan pribadi. Ia tak pernah bersalah seperti bayi suci yang dilahirkan ke dunia, ia juga selalu sibuk menunjuk dengan satu jari telunjuknya kepada orang lain, sementara dia lupa ada 4 jari lain yang menunjuk tepat menghunjam di dadanya.

Baru-baru ini para pembaca dan pemirsa media disuguhkan ratusan bahkan ribuan tayangan media cetak, elektronik dan media sosial lainnya ---yang menurut penulis hakikatnya berbicara tentang kesalahan, keburukan, kejahatan dan kriminalitas lainnya--- yang memuat banyak tindak kekerasan, yang populer disebut dengan terorisme.

Dalam qur’an terorisme tidak disebut secara harfiyyah, Allah menyebut “fasaadan” sebagai istilah yang lebih banyak digunakan untuk menyebut teror. Teror, di mata umat Islam adalah kerusakan, sementara di mata bangsa yang melahirkan istilah teror, didefinisikan sebagai ulah sebagian kelompok “fanatik” dan “militan” atau “fundamentalis” –meminjam istilah-istilah yang diciptakan oleh dunia barat terhadap islam.

Bagi orang mukmin yang memahami istilah dan terminologi –--tentu saja dengan bekal penguasaan tata bahasa arab dan bahasa lainnya--- harus memiliki kepandaian untuk memilah kata-kata yang dipopulerkan oleh dunia barat yang sejak lahirnya Islam ke dunia, mempunyai rasa takut dan kecemasan yang tinggi terhadap kejayaan Islam.

Kata “fasaadan” atau kerusakan adalah kata jadian dari kata fasada yang artinya rusak, orang yang melakukan fasad diseut “faasid”. Jika diperbandingkan dengan kata “teror” dan orangnya disebut teroris, sungguh menurut saya, tidak ada bedanya. Allah menyebut ”almufsiduun” sebagai sekelompok kaum perusak dan dunia barat menyebut teroris sebagai komunitas atau kelompok tertentu yang berbuat kerusakan. Sebab Allah saja yang paling tahu siapa kaum almufsiduun yang sebenarnya, sementara dunia barat memutarbalikkan fakta dengan menyebut teroris pada sekelompok muslim yang berbuat kerusakan dan menyerang fasilitas dan otoritas yang mewakili dunia barat.

Saya tidak pernah setuju dengan fasaadan atau terorisme sebab tak ada kebaikan di dalamnya, tak ada hikmah sekecil apa pun yang dapat diambil darinya. Dan sekarang kerusakan yang dibuat oleh manusia terhadap manusia lain semuanya dikategorikan ke dalam terorisme. Entah apa yang dicari oleh dunia barat terhadap Islam, padahal sudah bukan rahasia lagi jika persekongkolan akrab antara pihak dunia barat dan kaum Yahudi yang mati-matian memusuhi Islam dengan berbagai cara, termasuk pembentukan opini publik dunia internasional tentang pentingnya sikap terhadap sebuah teror yang terjadi.

Islam memang kalah dengan otoritas kepemilikan media massa yang dipunyai barat yang menguasai seluruh jalur informasi mulai dari satelit sampai dengan teknologi selular yang berada di rumah-rumah, bahkan kepemilikan penyedia layanan telekomunikasi pun dikuasai oleh mereka, dan kita seperti tenang-tenang saja dengan kondisi seperti ini, huhh.

Entah apa yang sedang terjadi di negeri ini, fitnah datang bertubi-tubi, kerusakan terjadi di mana-mana, berbulan-bulan kabut asap menghantam kalimantan, sumatera dan pulau-pulau besar lainnya pada tahun 2015, banyaknya anggota kabinet kerja yang sejumlah menterinya dianggap membuat ”kegaduhan”, kasus eksplorasi tambang freeport yang entah kapan bisa menjadi milik dan dikelola oleh bangsa sendiri, kasus papa minta saham, lalu muncul lagi selebriti yang terlibat pornoaksi, kemudian pimpinan DPR yang telah menjadi tersangka dan melibatkan banyak petinggi di negeri ini, pesekongkolan besar untuk memusuhi lembaga anti raswah KPK, dan info update di berbagai media terakhir adalah teror bom di Sarinah.

Saya sempat tersenyum, tapi juga kesal ketika melihat salah satu tulisan di medsos Facebook yang berbunyi : "disuruh jihad ke Suriah, ee malah meledakkan bom di Sarinah". Negeri ini adalah negeri yang sudah kelelahan dibombardir banyak ujian, cobaan dan fitnah keji berulang-ulang. Harus ada kekuatan sangat besar untuk merubah semua tatanan di negeri ini, agar tidak ada lagi kerusakan atau terorisme yang melahirkan korban-korban.

Kita memang tidak boleh lagi membelah cermin sebagai kambing hitam akibat dari tidak rela mengakui kesalahan yang dibuat sendiri. Kita memang belum satu visi membangun bangsa ini, sehingga ketika wajah-wajah buruk kita ditampakkan, banyak cermin dibelah dan menjadi korban.

Walloohu a’lam bishshowwaab

Bandung, 15 Januari 2016

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url