Mencermati Arus Informasi Global di Ujung Zaman

Arus Informasi Global

Oleh : Syantrie Aliefya

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Diujung Zaman_Mencermati tumpahnya arus informasi yang setiap saat datang bertubi-tubi, menyusup ke lubang pori-pori kehidupan anak manusia di ujung zaman. Ia datang berkali-kali dengan teknologi copy paste dan akhirnya memenuhi ruang spasi di memori di otak dan akhirnya singgah bercokol sampai ke hati.

Subhaana-Ka, maa kholaqta haadzaa baathilaa. Maha Suci Engkau Ya Allah, tidak ada sesuatu apa pun yang Engkau cipta dengan sia-sia. Di zaman kiwari, inilah yang disebut zaman teknologi informasi yang menguasai seluruh waktu yang tersedia di kehidupan manusia. Hanya dengan sentuhan jari, arus gelombang informasi dalam bentuk kata-kata, audio dan visual yang terjadi di seluruh dunia, dapat diakses oleh seluruh kalangan usia, mulai dari anak usia balita hingga kakek dan nenek tua yang sudah renta.

Apa yang terjadi, stasiun televisi bermunculan ibarat cendawan di musim hujan, apalagi perangkat piranti kebijakan negara yang menganut sistem politik demokrasi seperti Indonesia, juga meng-amin-kan hiruk pikuk keterbukaan dan transparansi informasi yang diterima oleh warganya melalui sejumlah regulasi yang fleksibel, cenderung longgar, sehingga memiliki potensi mengabaikan adat ketimuran, dan terlebih lagi adat masyarakat muslim, populasi penghuni terbesar di seluruh wilayah kepulauan nusantara.

Bukan hanya media visual seperti televisi, perangkat telepon genggam juga dijejali dengan arus informasi yang begitu dahsyat mengisi hari-hari umat manusia, berbagai aplikasi canggih, layanan vendor yang kaya dengan inovasi, serta berbagai merek terkini, ditambah dengan perkawinan abad 21 antara perangkat teknologi dengan internet, menciptakan revolusi besar-besaran sepanjang abad ini. Tak ada lagi sekat-sekat ruang dan wilayah yang memisahkan negara yang satu dengan lainnya. Begitu pun dengan waktu yang bisa dihemat ketika jari tangan menyentuh layar telepon genggam.

Seperti mata uang, ada dua sisi yang lahir dan nampak dari keberadaan teknologi masa kini, dampak positif dan negatif yang muncul bersamaan, saling tarik menarik mempengaruhi ruang pribadi anak manusia menyikapi berbagai keadaan. Saya bersyukur karena dilahirkan pada zaman ini, namun, ada kekhawatiran yang cukup dalam, ketika marwah-marwah kehidupan yang sakral, sudah tertata menjadi bangunan moral yang luar biasa diperjuangkan, seketika runtuh menjadi puing-puing berserakan.

Bagi Indonesia, sebagai salah satu negara besar yang menyandang negara dengan penduduk mayoritas muslim nomor wahid di dunia ini, mungkin perlu melakukan revitalisasi konsep jurnalistik yang dikolaborasikan dengan budaya bangsa yang sudah dari dulunya sarat dengan keragaman. Sebab, issu panas tentang munculnya "hoax" atau informasi yang menyesatkan tentang kebenaran, sehingga berpotensi tercampuradukkan dengan keburukan, patut dijaga penyebarannya, dikendalikan perluasannya, syukur-syukur dimatikan keberadaannya.

Sebab, kita memasuki tahun genap, tahun 2016, yang memiliki kerentanan yang cukup pekat. Belajar dari kisah teror bom di gedung Sarinah di kawasan Thamrin, Jakarta, lalu gejolak negara-negara di dunia yang tengah dihadapkan pada issu perang antar negara, seperti panasnya perseteruan antara Iran dan Saudi Arabia, atau kisah-kisah kebangkitan muslim yang mewarnai hampir seluruh jazirah dan semenanjung besar dunia, sebut saja Rusia dan Amerika serta Eropa.

Jika kita semakin waspada mencermati perkembangan dunia, bisa jadi dan boleh-boleh saja serta sahih sekali jika tahun 2016 ini adalah periode kebangkitan Islam di dunia yang secara syari’at ditunjang oleh tumbuh dan berkembangnya teknologi informasi yang melahirkan arus gelombang data dunia yang sangat besar, namun tetap hakikatnya adalah kehendak Allah yang wajib kita yakini, karena tidak ada konsep kebetulan, sebab semuanya sudah dalam perencanaan Tuhan.

Dan siapkan kita yang mengaku sebagai orang Islam dan tertanam di dadanya benih-benih iman, untuk menyongsong abad ini sebagai abad paling revolusioner dari perubahan sejarah kehidupan manusia, dan siapkah masing-masing pribadi kita mengambil peran positif untuk juga terlibat menyebarkan risalah kebajikan untuk sebesar-besarnya kedamaian.

Terakhir, dalam gelombang adukan kopi pun, terdapat data-data berwarna hitam, dicampur kristal bernama gula, yang kuminum tadi pagi
Inspirasi Secangkir Kopi

Walloohu a’lam bishshowwaab

Bandung, 20 Januari 2016

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url