Doa Berlindung dari Kerasnya Hati

Bismillaahirrohmaanirrohiim


Kalimat "a’uudzu bi robbin naas" atau aku berlindung kepada Pengurus Manusia, hendaknya diucapkan oleh empat golongan muttaqien, yaitu golongan shobirin atau orang-orang yang sabar, golongan mukhlishin atau orang-orang yang ikhlas, golongan mardliyyin atau orang-orang yang ridlo, dan golongan muhsinin atau orang-orang yang berkarya dengan nuansa penuh kebaikan.

doa berlindung dari kerasnya hati

Hendaknya orang-orang yang jiwanya penuh dengan keridloan, senantiasa mengucapkan do’a untuk berlindung kepada Robbun naas dengan urutan do’a sebagai berikut:
a’uudzu bi robbin naas minazhulmi wal hasadi wal hiqdi wa qoswatil qolbi wadz dzunuubi wal ghoflati wal hirshi

Artinya aku berlindung kepada Pengurus manusia dari sifat aniaya dan dari sifat dengki dan dari sifat unek-unek dan dari kerasnya hati dan dari dosa besar dan dari sifat lupa dan dari sifat keserakahan pada dunia.

Sifat zholim atau aniaya begitu banyak dan tampak di depan mata, menjadi hiasan di layar media serta menjadi pajangan kehidupan sehari-hari. Perilaku aniaya sangat merugikan orang lain, perilaku suap menyuap, pungli yang dilakukan oleh para penyelenggara negara dan pengusaha adalah contoh perilaku aniaya terhadap rakyat. Jika dihitung dengan lamanya pemerintahan di negara kita, perilaku korupsi dan anak turunannya sudah berjalan sejak pemerintahan ini berdiri, dan betapa sulitnya memberantas perilaku aniaya yang dilakukan oleh penguasa terhadap rakyatnya sendiri.

Perilaku zholim juga sering dilakukan oleh pribadi dan tidak merugikan orang lain, namun ia cenderung merugikan diri sendiri. Sesungguhnya orang-orang yang menghambur-hamburkan (baik harta, tenaga, waktu, kesempatan, juga makanan dan minuman) adalah termasuk saudaranya syetan. Harta yang diperoleh dengan susah payah dihambur-hamburkan untuk kepentingan yang tidak ada kemaslahatannya, tenaga dihabiskan untuk melakukan kegiatan yang sia-sia dan percuma, waktu luang teramat banyak yang dibuang tanpa melakukan kebaikan, juga makanan dan minuman yang dibeli tanpa melihat kemanfaatannya, bermewah-mewah dengan volume makanan yang berlebihan, kesemuanya adalah perilaku mubadzir yang seharusnya terus-terusan dilakukan evaluasi atau muhasabah diri.

Jika perilaku zholim dibiarkan, maka akan muncullah sifat dengki, hasud, dirinya merasa tidak nyaman dengan kesuksesan orang lain lalu kemudian berprasangka buruk terhadap kesuksesan dan keberhasilan orang lain, ia lebih bahagia jika melihat orang lain menderita, dan merasa menderita ketika melihat keberhasilan orang lain.

Jika perilaku hasud atau dengki dibiarkan, muncullah sifat hiqdun atau unek-unek, hatinya tidak puas dengan kesuksesan orang lain namun ia tak berdaya menyamai keberhasilan orang lain, sehingga di hatinya muncul unek-unek yang tiada berkesudahan, ia tidak siap menerima kebahagiaan orang lain.

Jika perilaku hiqdun dibiarkan, maka perlu diteliti kemungkinan hati yang di dalamnya seharusnya digunakan untuk selalu berdzikir kepada Alloh, telah terisi dengan kekerasan melebihi batu. Sedangkan dalam celah dan kumpulan bebatuan muncul dan memancar mata air. Kerasnya hati manusia melebihi kerasnya batu cadas, akhirnya hati yang keras akan terus merasa kesulitan menerima hidayah dari Alloh.

Jika hati sudah membatu, akan berdampak pada kecenderungan melakukan dosa, bukan hanya dosa kecil yang ia lakukan tetapi juga dosa besar dan ia tak pernah peduli dengan dosa-dosa yang dilakukannya.

Mengapa seseorang membiarkan dirinya berbuat dosa? Karena di dalam hatinya sudah tertanam sifat lupa, goflah, melupakan semua anugerah yang telah diberikan dan cenderung mengabaikan kewajiban-kewajiban yang harus dilakukannya.

Orang yang hatinya sudah dihinggapi lupa, akan melahirkan sifat kerakusan terhadap dunia, ia lupa pada akhiratnya, masa depannya, dalam hatinya yang ada hanya dunia dan semua kegemerlapannya, sehingga sholat-sholatnya pun untuk meraih kesuksesanx dunia, ayat-ayat Qur’an yang seharusnya menjadi petunjuk bagi keselamatan hidupnya ia putar balikkan demi bertahannya kekuasaan, kedudukan dan jabatan, bahkan ia tega melakukan jual beli ayat suci untuk sekedar membela kehormatannya dan derajatnya di mata manusia.

Untuk menghindari sifat-sifat buruk tersebut orang-orang yang hidupnya penuh dengan ridlo kepada Tuhannya, akan selalu memanjatkan do’a "aku berlindung kepada Pengurus manusia dari sifat aniaya dan dari sifat dengki dan dari sifat unek-unek dan dari kerasnya hati dan dari dosa besar dan dari sifat lupa dan dari sifat keserakahan pada dunia".

Bandung, 06 Juni 2018
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url