Dialah Robbun Naas, Sang Pengurus Manusia

Bismillaahirrohmaanirrohiim.


Ada tiga surat terakhir yang menjadi tiga serangkai surat favorit yaitu Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Naas. Ketiganya sering diucapkan sebagai bacaan wajib dengan hitungan 7 kali untuk bacaan setelah sholat jum’at selesai, atau dibaca secara berurutan ba’da sholat shubuh atau ba’da dua rakaat sholat sunnat ba’da maghrib juga sebagian menjadikannya bacaan pada upacara syukuran kelahiran, takziyah pada saat salah satu anggota keluarga atau kerabat dan teman meninggal dunia, dan lain sebagainya.

Dialah Robbun Naas

Namun apakah kita sudah mengetahui lebih jauh apa makna yang terkandung di balik ketiga bacaan tiga surat terakhir tersebut? Mari kita bedah satu persatu, terutama mulai dari surat An-Naas.

Ayat pertama surat an-Naas berbunyi
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ

Artinya: Katakanlah: "Aku berlidung kepada Robb manusia.

Suku kata tersendiri pada awal surat adalah kata qul, artinya katakanlah. Kata “qul” adalah kata perintah yang asal katanya adalah qoola atau berkata. Kalimat perintah qul berbentuk tunggal (mufrod) yang ditujukan kepada Baginda Rasulullah SAW, namun kaidah part to totem yang berada pada kata “qul” dapat dimaknai juga teruntuk umat Rasulullah SAW, atau siapa saja yang membaca surat ini. Karena sifatnya perintah dari Allah, Sang Pemilik Qur’an, maka hukumnya perintah adalah wajib.

Kata kedua adalah a’uudzu, artinya aku berlindung. Siapa yang berlindung? Pada surat tersebut Rasulullah SAW yang mengatakan aku berlindung, seperti pada paragraf sebelumnya, umat Rasulullah SAW dan siapa saja yang membaca surat ini hukumnya wajib berlindung. Karena hukum perintah berlindung adalah wajib, maka jika tidak dilaksanakan ia punya beban dosa.

Rasulullah SAW diperintah berlindung kepada siapa?

Jawabannya ialah berlindung kepada Robbun naas, Tuhan manusia. Pada surat ini, tidak ditulis robbul makhluuqoot atau Tuhannya semua makhluk, memberikan muatan bahwa kedekatan manusia kepada Robbnya tidak bisa disaingi oleh mahluk semesta lainnya.

Berlindung didefinisikan sebagai upaya yang dilakukan oleh seseorang agar hidupnya tenang dan terhindar dari gangguan. Gangguan yang dimaksud bisa gangguan dari rasa ketakutan, kekhawatiran, kecemasan, kejahatan, keburukan, kekurangan, ketidaknyamanan dan sebagainya.

Mengapa manusia harus berlindung kepada Robbunnaas atau Tuhannya manusia?

Robb adalah istilah atau sebutan yang dipakai oleh Qur’an untuk mendudukkan Allah pada jabatan sebagai Robb. Sejatinya kata Robb dimaknai sebagai Pengurus, Pengajar, Pendidik, dan Pengatur. Allah adalah Robbul ‘aalamiin, artinya Allah adalah Pengurus alam semesta, sekaligus Pengatur mutlak seluruh ekosistem kehidupan di dalamnya.

Allah juga Pendidik dan Pengajar yang paling ulung. Dengan kecerdasan yang tidak ada bandingannya, Allah mendidik sekaligus mengajarkan berulang-ulang dan terus menerus kepada seluruh mahluk-Nya, mendidik dan mengajar bertasbih, bertakbir, bertahlil dan bersikap sebagai mahluk kepada Kholiqnya.

Sebutir noktah debu yang tak berdaya, seolah terombang ambing ditiup lembutnya angin, lalu melayang dan jatuh secara perlahan di ruang spasi yang telah disediakan di atas permukaan tanah, menempati posisi yang tidak pernah salah atau tumpang tindih dengan butir debu lainnya. Allah lah yang mengaturnya.

Anak burung pipit yang masih kecil dan teramat tak berdaya memiliki kekuatan apa pun untuk terbang, secara perlahan dan berangsur-angsur seiring waktu akhirnya bisa terbang menikmati keindahan alam. Allah jugalah yang mendidik dan mengajarnya.

Sel yang teramat kecil bernama sperma yang tak bermata dan lemah harus berjuang untuk tepat terpasang di sel telur yang membuahinya, sehingga dari hasil pembuahan tersebut tumbuhlah segumpal darah, seonggok daging, lalu Allah meniupkan ruh untuk si janin setelah genap berusia 120 hari, kemudian ia tumbuh dan untuk akhirnya lahirlah seorang anak manusia yang dengan susah payah melakukan perjuangan untuk menembus 9 dimensi tatasurya seorang ibu.

Hanya Allah saja yang mampu berbuat seperti itu. Ketika peristiwa keahiran bidan atau paraji hanya membantu si ibu, agar mampu melewati masa kritis dan pengorbanan dahsyat tersebut.

Dari partikel tak terlihat dan lebih kecil dari DNA, yaitu ruh, Allah membimbing, mendidik, mengajari, dan mengurus semua perjalanan panjang anak manusia, melewati masa berkumpul di alam arwah, masuk ke dimensi rahim, lalu lahir dan hidup di alam fisik dan nyata yaitu di dunia sekarang. Allah juga mengingatkan bahwa semua yang bernafas akan mencicipi bagaimana rasa pedih dan sakitnya kematian, dengan berkali-kali memberi warning bahwa hidup di dunia itu hanya sebatas melewati jembatan penyebrangan saja, dan Allah menuntun kita menyebrang dengan selalu menyebut Laa Ilaaha Illallah.

Dan Allah mengingatkan terus terusan tanpa bosan bahwa manusia akan memasuki dimensi kehidupan setelah kematian, alam penantian, hari kehancuran, hari kebangkitan, hari pertanggungjawaban yang berujung pada kenikmatan atau penderitaan, yang keduanya akan menjadi masa depan terpanjang, kekal abadi selamanya.

Dia-lah Robbunnaas, Dzat yang Mengurus semua kepentingan manusia dan mahluk lainnya di seluruh semesta raya cipta-Nya. Hanya kepada-Nya sajalah manusia wajib meminta perlindungan dari segala kejahatan, keburukan dan seluruh reka cipta karya yang memiliki potensi negatif yang akan berakibat pada runtuhnya keimanan, keyakinan dan kekokohan kepercayaannya kepada Allah.

Bandung, 01 Juni 2018
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url