Amanah Kerasulan - Bagian 1

Amanah Kerasulan - Bagian 1
photo by Andri Bastian on flickr

Assaalamu 'alaikum Wr. Wb.

Bismillahirrahmanirrahim

Dalam pundak orang mukmin tidak ada amanah kenabian, tapi yang ada adalah amanah kerasulan. Dalam tahap kedua tentang tangga keistiqomahan adalah sebuah upaya menumbuhkan ketangguhan bersandar kepada Allah SWT.

Bagaimana kita bisa menjalankan amanah risalah kerasulan?

Ketangguhan bersandar kepada Allah SWT ini hanya bisa dicapai dengan kesungguhan kita berupaya. Manusia yang tangguh dan kokoh bersandar totalitas kepada Allah SWT adalah manusia yang sanggup melewati rintangan dan cobaan di dalam hidupnya, dia akan selalu siap mengorbankan apapun yang ia cintai di dalam hidupnya.

Tidak pernah ada beban ketika ia harus memilih sesuatu yang sangat bertentangan dengan keinginan hidupnya. Selalu di dalam segala urusan mendahulukan Allah SWT sebelum persoalan itu ada. Selalu muncul Allah SWT di dalam benaknya sebelum keinginan itu dicapai.

Tidak hanya sekedar melibatkannya saja, tidak hanya sekedar bermusyawarah dengan Allah SWT tetapi selalu Allah SWT mendahului dalam segala gerak pikiran dan keinginannya. Memang sangatlah sulit berbuat seperti ini, sangat berat.

Sebesar apa yang kita raih dalam hidup mengikuti sebesar apa yang dikorbankan, dari mulai keluh kesah dan segala bentuk penderitaan yang kita lewati sebesar itu yang kita capai.

Oleh karena itu mari kita coba secara bertahap sedikit demi sedikit karena ini adalah perjalanan panjang menuju Allah SWT. Tidak cukup dengan waktu yang singkat dan tidak cukup dengan wawasan pengetahuan kita.

Sekalipun kita hafal satu perpustakaan kitab tidak akan cukup menunjang, sekalipun semua habis ‘katalar’ (hafal) , Al-Quran hafal, kitab apapun hafal semua tidak akan cukup menunjang. Modal dasar yang akan menumbuhkan kekuatan kita adalah KEMAUAN TINGGI. Landasan idealnya kita lihat firman Allah SWT:

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاء رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

Katakanlah, “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku, “bahwa seungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa”. Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya" (Qs. Al-Kahfi: 110)

Totalitas ber-Ilah kepada Allah SWT sangat sulit, sekalipun di mata Allah SWT segalanya akan mudah makanya jangan sungkan untuk kerap kali meminta-minta bantuan kepada Allah SWT karena tanpa keterlibatan Allah SWT di dalam urusan, upaya, keluh kesah kita itu tidak akan pernah berhasil.

Oleh karena itu, yang layak dan berhak mendominasi seluruh diri kita, seluruh aspek kehidupan kita hanyalah Allah SWT semata maka jangan sekali-kali kita ber-Ilah kepada yang lain. Bukankah kita pun menyatakan di hadapan Allah SWT “La syarika lahu”, tidak ada yang terlibat, tidak ada yang menyertai dalam kehendak dan kuasa-Nya, hanya Allah SWT semata segala-galanya.

Kenapa yang terjadi manusia justru melibatkan yang lain selain Allah SWT, menyandarkan hidupnya kepada selain Allah SWT, menyandarkan hidupnya kepada kemampuan yang dimiliki, mengandalkan pengalaman yang dilewati, itu semua tidak layak.

Oleh karena itu, andalkan Allah SWT, tidak ada tempat bergantung hidup seorang hamba kecuali Allah SWT semata. Makanya, singkirkan segala bentuk Ilah-Ilah yang menguasai pikiran kita, mendominasi perasaan kita, menguasai gerak langkah kita, itulah idealnya seorang hamba, ber-Ilah totalitas hanya kepada Allah SWT “la illaha ilallah”.

Tidak ada ilah dalam bentuk apapun hanyalah Allah SWT. Dan untuk mencapai tangga keistiqamahan yang kedua ini, maka kita mesti mengikuti gerak langkah Rasulullah SAW di masa hidupnya, bagaimana Rasulullah Saw ber-Ilah kepada Allah SWT, apa yang menjadi modal dasar beliau? sehingga segala kesulitan sebesar apapun beban yang dihadapinya, sebesar apapun bahaya yang menghadang kehidupan Rasulullah SAW semuanya bisa dilewati.

bersambung ....

Bandung, 11 Maret 2022

Penulis Naskah: Adam Qosim Kosasih Natsir
Editor: Madyo Sasongko

Referensi:
AlQur'an Surat Al-Kahfi ayat 110

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url