Menjaga dan Memprioritaskan Ruhani

Amanah Kerasulan - Bagian 4 (Tamat)

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Lalu bagaimana setelah kita menyadari di atas pundak kita ada kewajiban moral kepada Allah SWT untuk terus dan terus menyampaikan ajaran Rasulullah SAW, maka kita lihat yang menjadi modal Rasulullah SAW memiliki “rauufur rahiim”,, kasih sayang yang sangat luar biasa karena kalau kita tidak memiliki modal seperti ini mana kala semuanya hanya akan sibuk mengurus kepentingannya masing-masing, kita lebih banyak menyita waktu, menyita pikiran dalam urusan kita masing-masing.

Oleh karena itu, saya (Bapa) harus bertanya kepada kamu? SIAPAKAH YANG PALING DISAYANGI DALAM HIDUP KAMU? YAITU DIRI KITA SENDIRI. Karena perhatian kita kepada lahir sudah jangan dipertanyakan lagi, begitu sangat tinggi. Pengen minum tinggal ‘glek’, pengen makan tinggal ‘am’, tergores sedikit saja kaki kita dengan buru-buru kita obati, lihatlah semua organ tubuh kita sibuk ikut andil memperhatikan bagaimana mengobati kaki kita.

Bahkan kita pun pakai baju karena malu sama orang lain, dipilih baju pun yang terbaik. Jadi perhatian seperti apa lagi yang kita tampakkan untuk membela diri fisik kita? Tapi sayangnya fisik yang lebih banyak kita perhatikan. Suku urang nincak tai kotok buru-buru dikumbah da najis tapi sementara hate urang nincak tai kotok eh da iraha teuing daek ngabersihan. Itu menunjukan kasih sayang lebih kuat daripada fisik tapi kana jeroan urang kurang perhatian. Yeuh, ari ruhani teh boga beuteung sarua hayangeun dahar..

Cik, ari dahar hayang ngeunah teu? hayang bergizi? tangtuna. Sama ruhanipun membutuhkan itu, perut yang kenyang itu perut lahir, badan yang bergizi itu badan lahiriah kita, ari badan ruhani kita kurus, makanya geuringan unggal poe teh. Oleh karena itu, maka penuhi kebutuhan ruhani sebagai wujud perhatian kasih sayang kita kepada diri kita sendiri. Kalau kita sayang mesti mata yang digunakan lebih banyak sesuatu yang Allah SWT senang.

Terlalu banyak kita menatap sesuatu yang tidak bermanfaat keseharian kita. Seharian penuh kita jalan-jalan kesana kesini, banyak yang kita lihat itu untuk hal-hal yang tidak berguna, tidak bermanfaat, yang mubah-mubah. Pikiran kita keseharian lebih banyak bergelut pada urusan dunia, telinga kita banyak mendengarkan yang mubah, mulut kita lebih banyak digunakan pada obrolan yang tidak bermanfaat.

Silahkan perhatikan… akankah kita merasa rugi kala orang lain tidur kita bangun, akankah kita merasa rugi dikala orang lain istirahat sambil nonton TV kita malah membaca Al-Quran. Kalaulah kita benar-benar memiliki kasih sayang yang dalam terhadap diri kita maka kita harus menyelamatkan. Karena yang Allah SWT cintai bukan hanya fisiknya saja, sebagaimana Allah SWT berfirman, “innallooha yuhibut tawwaaabiiin” ini prioritas Allah SWT. Allah SWT mencintai manusia-manusia yang bersih hatinya, kokoh akidahnya, padat dengan ilmu pengetahuan, ini yang Allah SWT cintai. Juga Allah SWT tidak lupa kepada sisi fisiknya, “wa yuhibbul mutathohhiriin” juga Allah SWT mencintai yang bersih lahiriahnya. kalaulah dalam Qs. Al-Baqarah: 222 ini Allah SWT mendahulukan sisi dalam berarti kita harus lebih kuat memperhatikan sisi dalam kita. Bahkan dalam diri kita ada yang teramat mahal yang kalaulah ditukar dengan alam semesta masih keneh kurang, lebih mahal daripada alam semesta dengan seisinya, apa itu? IMAN.

Tetapi iman yang diberikan Allah kepada kita sejauhmana kita memperlakukan dan memelihara, menjaga karena iman akan selalu haus terhadap bentuk-bentuk kebaikan iman akan selalu haus terhadap bentuk-bentuk kerinduan kepada Allah SWT. Jangan sampai terjadi sisi dalam kelaparan yang pada akhirnya mati.. Na'uudzu billaahi min dzaalik…

Karena sabda Rasulullah SAW, “barangsiapa makan yang haram, maka mati hatinya” kalau sudah mati hatinya akan lemah keyakinannya dan yang terakhir tidak mungkin doanya akan dikabul. Kalaulah kita sayang terhadap diri kita sendiri maka kita akan sangat teliti meskipun makanan yang kita makan hanya untuk kebutuhan fisik.

Kita harus teliti jangan sampai terlibat yang masuk kedalam perut ini makanan haram dan syubhat. Justru di akhir zaman harta rakyat dimakan, sepintar-pintarnya penguasa atau pemimpin kalau perutnya penuh oleh makanan haram maka bangsa ini tidak akan pernah sejahtera. Oleh karena itu, kalaulah kita betul-betul sayang kepada diri kita tolong jaga. Sebagaimana Allah SWT berfiman:

أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Hai orang-orang yang beriman, perliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (Qs. At-Tahrim: 06)

Jagalah anfus-anfus kalian semua, anfus itu sisi dalamnya yang harus dijaga, yang harus diperhatikan. Kalaulah diri kita sudah terjaga, aman dari segala bentuk penyakit ruhani atau hati baru kita ada kewajiban untuk menggiring keluarga kita, masyarakat, dan bangsa ini. Selamatkan diri kita dulu baru kepada keluarga kecil kita setelah itu melangkah kepada masyarakat terus lebih besar lagi bangsa.

Apakah kita bisa menyelamatkan mereka dikala kitapun tak pernah selamat? ini barangkali modal dasar yang dimiliki Rasulullah SAW, seberapa hebatnya ujian Rasulullah SAW selalu kokoh tidak bergeming. Karena yang namanya ‘gogoda’ selalu menggelitiki hawa nafsu kita tetapi orang yang konsekuen di hadapan Allah SWT dia akan meninggalkan keuntungan dunia sebesar apapun.

Kalaulah pekerjaan dunia itu mengalahkan urusan-urusan Allah SWT, mengalahkan urusan akhirat maka dengan ringan ditinggalkan. Karena sesungguhnya lahirnya perhatian dari Allah SWT kalau kitapun nampak begitu besar perhatiannya kepada Allah SWT. Jangan licik, kita pengen diperhatikan oleh Allah SWT namun kitanya pun tak pernah memperhatikan Allah SWT.

Tolong tanamkan ini modal perjalanan, sejauhmana perhatian kita akan keselamatan diri karena ketika kita mengejar Allah SWT, ingin dekat dengan-Nya, ingin memperhatikan Allah SWT maka akan selalu ada hambatan. Maka tidak ada alasan yang Allah SWT terima, kecuali kita lebih menampakkan perhatian kepada Allah SWT sehingga pada akhirnya kia bisa melewati dan memilih yang lebih baik dalam hidup kita.

Betapa kuatnya hati kita mencintai seseorang sulit rasanya untuk dilupakan, kemana-mana penuh dengan dirinya tapi tiba-tiba Allah SWT tidak menyetujui maka seorang hamba akan segera menampakkan perhatian dan mengikuti yang Allah SWT mau, ringan meninggalkan yang sedang dirundung begitu kuat di dalam pikiran, di dalam perasaan.

Kemudian, nilai-nilai yang dicapai oleh Rasululllah SAW dengan memiliki modal yang sangat luar biasa (rauufur rahiim) adalah maka katakanlah “cukuplah Allah bagiku” (faqul hasbiyallaahu) dalam segala situasi, baik itu keadaan sedang ringan maupun sedang berat, keadaan biasa saja maupun keadaan berbahaya maka “cukup Allah”.

Ini modal tauhid yang luar biasa, nilai ketauhidan yang tertinggi. Sedangkan orang yang merasa ‘cukup’ tentang Allah di dalam hidupnya tidak akan ada rasa takut. Ini tidak mudah, sedangkan ini juga mengikuti apa yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Ketika mau mendekati Allah SWT jangan banyak membawa keinginan sebab Allah SWT sendiri yang tahu yang terbaik buat kita.

Kita harus bisa tenang dalam hidup karena ada Allah SWT. Sulit tumbuh keyakinan yang dalam, ini hal tersulit, memandang Allah SWT itu sulit, mengakui keberadaan Allah SWT itu sulit karena beribu-ribu kali seorang mubaligh melontarkan ‘sesungguhnya Allah SWT itu Maha Kuasa atas segala sesuatu, kekuasaan yang tidak berbatas” tetapi kenapa ketika dia tidak punya uang dia malah sakit.

Sedangkan ketika Allah SWT sudah dipercaya maka Allah SWT akan membela. Dalam hadist qudsi Rasulullah SAW bersabda “barangsiapa yang mengakui dengan ketauhidannya tentang Aku maka orang itu berada dalam pemeliharaan-Ku dan barangsiapa masuk dalam pemeliharaan-Ku maka ia aman dari azab-Ku”.

Ingat azab itu ada dua, ada azab dunia dan azab akhirat, maka dari itu silahkan akui oleh semuanya. Jangan sampai kita katanya sudah mengakui Allah SWT itu Maha Kuasa tapi dalam realitanya kita tetap saja bingung. Ini mah teu jelas atuh… untuk menumbuhkan ‘cukup’ Allah SWT dalam segala sesuatu itu akan tumbuh di dalam dada mukmin kalaulah ia ber-ilah totalitas kepada Allah, tidak ada Tuhan selain Dia ”laailaaha illa huwa” kalimat ini derajatnya diatas “laailaaha illalallah”. Kalau ada seseorang yang kita perhatikan,

kalau ada orang yang kita cintai selalu kita memanggilnya dengan kata ‘dia’, tak pernah menyebutkan namanya. Tak pernah menyebutkan hal keburukannya selalu kebaikannya serta selalu memanggil dengan kata ‘dia’. Kata ‘dia’ itu menunjukan begitu dalamnya mahabbah seseorang, kecintaan kepada Allah SWT. Jadi ber-ilah totalitas kepada Allah dalam arti kata ber-ilah kepada Allah SWT yang menumbuhkan kecintaan yang dalam.

Bagaimana aplikasinya dalam keseharian? ketika ada keinginan sebelum kita berpikir keinginan itu maka utamakan Allah di depan kita, maka terlebih dahulu melibatkan Allah SWT, melihat Allah SWT, apakah Allah SWT setuju atau tidak? begitu dan begitu dalam segala urusan jadi tidak memaksakan keinginan kita, tidak mengejar keinginan kita sebelum tahu persis sebelum Allah menyetujui atau tidak.

Dan kita mengakui dihadapan Allah SWT bahwa kita tidak tahu apapun, tidak tahu apa yang menjadi keinginan Allah SWT, tidak tahu apa yang menjadi pilihan kita. Jangan sampai kita merasa sok tahu, karena itu menunjukan kita lebih tahu daripada Allah SWT. Perilaku ini adalah perbuatan kafir, sekalipun nampak lahiriah berbaju islam.

Mau tidak kita melibatkan Allah SWT? Mau tidak kita mengedepankan Allah SWT dalam segala urusan? Cik, menurut kalian ”laailaaha illa huwa” ini berat atau ringan? kalau kita ingin segalanya mendahulukan Allah SWT, mengedepankan Allah SWT dalam segala persoalan kita, maka “alaihi tawakkaltu” hanya kepada-Nya aku bertawakal. Ini bahasa berserah diri, tentang totalitas ber-ilah kepada Allah SWT.

Kalau bahasanya seperti ini dimanapun kita akan setia, wanita secantik apapun tidak akan bisa menggoda kita. Kepada siapakah kelayakkan berbicara seperti ini? hanya kepada Allah SWT. Aduh, da susah ieu mah, pak.. ngomong heula anan we atuh, seperti kata Rasulullah SAW pura-pura nangis atuh bila di depan Allah gak bisa nangis..

Sugan we dipancing mah jadi ceurik.. Dari susuganan (harapan) jika terus dijaga akhirnya kita bisa menyatakan yang sebenar-benarnya. Berangkatlah dengan sepenuh ketulusan kepada Allah, sepikan hati dari segala bentuk kepentingan apapun. Jangan pernah jemu menjadikan Allah SWT adalah segalanya yang siapa tahu dari ikatan ini akan menumbuhkan kecintaan yang dalam kepada Allah SWT.

Yang pada akhirnya akan muncul kekuatan dari dalam hati menyatakan “alaihi tawakkaltu” (hanya kepada-Nya aku bertawakal). Karena tawakal sebelumnya tumbuh dari kepercayaan, dari saling menilai satu sama lain. Mau tidak Allah SWT dijadikan sahabat dalam hidup kita? sulit ternyata bertawakal tuh, apa penyebabnya? karena manusia lebih mempercayakan kepada usaha atau kemampuan diri tanpa melibatkan Allah SWT.

Untuk kita bisa bertawakal maka kita harus mempunyai kesiapan mental untuk siap diurus Allah SWT, “wahuwa rabbul arsyil azhiim” (Dia adalah Rabb yang memiliki Arasy yang agung). Ketika bicara kesiapan diurus Allah SWT maka kita dituntut memiliki kepandaian untuk menyikapi berbagai sisi persoalan hidup kita.

Kita sering mengatakan; rodhitu billahi robba, wa bil islami diina, wa bil muhammadin nabiya wa rasula, wa bil qurani imama, wa bil kaabati qiblata, wa bil mu’miniina ikhwana (Aku ridha Allah sebagai pengurusku, dan islam sebagai agama kami, dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasulku, dan Al-Quran sebagai imam, dan kabah sebagai kiblat)

ini adalah pernyataan resmi bukan mainan, dimana tertulis disana ridha Allah sebagai pengurusku, konsekuensi logisnya apa? meski kita harus melewati persoalan hidup dengan sukses tanpa terjadi kekufuran berpikir, tanpa terjadi kekufuran bertindak. Kesulitan menyikapi karena kecenderungan kita begitu kuat kepada sisi hawa nafsu kita.

Oleh karena itu, untuk supaya kita memiliki kekuatan bisa menyikapi, bisa selalu siap, selalu sabar apapun bentuk ujian dihadapi modalnya adalah kecenderungan kepada Allah SWT, disebut haniifaa sedangkan orang yang memiliki kecenderungan kepada Allah SWT lebih kuat dibanding kepada dunianya maka akan tumbuh perhatian besar.

Kalaulah kita memiliki perhatian besar kepada Allah SWT menunjukan ada kecenderungan yang kuat kepada Allah maka kita harus mempersiapkan diri dan mempersiapkan diri itu bukan diam. Tidak pernah lelah belajar, tidak pernah lelah melatih diri untuk terus mendekati dan mendekati Allah SWT sehingga kita tumbuh kekuatan mental, tumbuh kesiapan yang pada akhirnya semuanya bisa dilewati dengan sukses.

Ini modal awal untuk bisa bertawakal. Kalaulah kita bisa mengamalkan konsep rububiyah yaitu kesiapan untuk diurus oleh Allah SWT karena Allah SWT mengurus kita sering kali bertentangan dengan keinginan kita, kenapa seperti ini? Karena Allah SWT lebih mengetahui dan Allah SWT tidak pernah suka memanjakan hamba-Nya.

Allah SWT selalu menginginkan si hamba itu memiliki ketangguhan mentalitas, kalaulah ini bisa kita buktikan maka kita akan menaiki tangga kedua yaitu hanya kepada-Nya aku bertawakal. Kalau tawakal sudah tumbuh begitu kuat maka kita akan selalu mendahulukan keinginan Allah dalam urusan kita.

Kalaulah kita selalu mendahulukan Allah SWT dalam setiap urusan kita maka akan muncul buah terakhir yaitu ‘cukup’ bagi ku Allah SWT. Kita tak cukup hanya mengucapkan kalimatnya karena kita pun dituntut pengetahuan dan pengamalan.

-Alhamdulillah-

Tanjungsari, 19 Maret 2022
Penulis Naskah : Adam Qosim Kosasih Natsir
Penyunting: Madyo Sasongko

Sumber: Kajian Ramadhan

Silakan bagikan tulisan ini di akun sosial media Anda supaya teman-teman Anda juga bisa mendapatkan manfaat yang sama

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Menjaga dan Memprioritaskan Ruhani"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

top