Amanah Kerasulan - Bagian 3 - Keagungan Rasulullah SAW

Amanah Kerasulan

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Diakhir hayat apa yang terlontar dari lidah Rasulullah SAW? 3 (tiga) kata yaitu ummati, as sholah, dan an nisaa, jadi yang ada dibenak beliau adalah berpikir bagaimana keselamatan ummat beliau. Apakah ada manusia yang memikirkan orang lain di kala orang itu tak pernah dikenal bahkan beliau memikirkan manusia yang belum lahir.

Kemudian as sholah, shalat yang terus dipikiran beliau, bagaimana kelak umatnya di akhir zaman akankah shalat atau tidak? Yang terakhir an nisaa, tentang wanita yang dipikirkan Rasulullah SAW karena dunia ini jadi rame gara-gara wanita. Lihatlah iklan-iklan di TV hanya sekedar mempertontonkan kemolekan tubuh sehingga wanita menjadi alat mengeruk keuntungan dunia, wanita dijual tubuhnya kata lainnya diperlihatkan.

Segala sesuatu yang ditontonkan tidak pernah lepas dari unsur-unsur seks yang menggerogoti dan merusak umat manusia. Maka beliau sangat khawatir tentang keadaan wanita di akhir zaman. Itulah sosok seorang pemimpin umat yang seluruh perhatiannya ditumpahkan memikirkan umat dan umatnya.

Sementara manusia di akhir zaman bergelut memikirkan tentang kepentingan dirinya dan kalau seperti ini bagaimana Islam bisa tegak kembali? Bagaimana Islam bisa dikembalikan ke muaranya hingga Islam yang muncul di akhir zaman kembali murni dan utuh. Bagaimana ini bisa terjadi kalaulah bangsa ini, umat di akhir zaman terlalu kuat cenderung kepada perhatian dirinya sehingga tidak ada waktu, tidak ada kesempatan untuk memikirkan Islam, memikirkan umat.

Bagaimana mereka bisa selamat, ini modal dasar Rasulullah SAW memiliki sifat “rauufur rahiim”, kerakusan yang melanda di dalam dada Rasulullah SAW adalah “rauufur rahiim”, bukan kerakusan kedudukan, harta, wanita, atau apa saja yang bersifat keduniawian.

Bagaimanapun usaha keras manusia tetap saja akan tergantung kepada keputusan Allah SWT, sekalipun manusia menangis darah kalaulah Allah SWT tidak terlibat, kalaulah Allah SWT tidak menurunkan bantuan-bantuan, taufik kepada umat maka tidak akan terjadi.

Sebesar apa perjuangan Rasulullah SAW tetapi justru berhasil di Medinah bukan di Mekah.

“Fain tawallau” kalaulah mereka berpaling, sudah segala cara kita dakwah tetap saja mereka berpaling, merasa rugi mendengarkan konsep, rasanya rugi kalau mengikuti kita, maka katakanlah kata Allah SWT “faqul hasbiyallaahu laailaaha illa huwa alaihi tawakkaltu wahuwa rabbul arsyil azhiim.

Ini nilai-nilai ketauhidan Rasulullah SAW, ada dua modal yang dimiliki beliau, yaitu ketauhidan yang tangguh dan sifat “rauufur rahiim” yang luar biasa. Inilah tafsir dhohir ayatnya, mudah-mudahan bisa dimengerti. Tafsir ruhiyahnya dua ayat Qs. At-Taubah ini ialah “min anfusikum”, yang sudah diterjemahkan di atas ini menjadi kebiasan Al-Quran mengatakan anfus adalah cenderung kepada sisi dalam.

Karena kalaulah secara fisik/lahir ayat ini ditujukan kepada sosok pemimpin besar, seorang nabi terakhir, seorang rasul yang sudah di-nash oleh Al-Quran adalah Nabi Muhammad SAW tetapi secara batiniah/ruhiyah (sisi dalam) setiap orang yang mengakui dirinya seorang hamba Allah, seorang mukmin maka ada tugas risalah kerasulan sekalipun pada realitanya nanti setiap manusia akan punya tugas masing-masing sesuai dengan wilayahnya, kapasitasnya, pengalamannya, apapun bentuk tugasnya.

Inipun kalaulah manusia itu sendiri mempunyai kemauan, keinginan tinggi untuk menjadi seorang hamba yang terbaik di mata Allah SWT. Seperti halnya yang dilewati dalam perjalanan Rasulullah SAW, maka kita mesti meniru, meneladani beliau. Kita tidak cukup menyampaikan berita kepada umat tentang akhlak Rasulullah SAW, yang kalau datang maulid nabi dimana-mana hanya bicara tentang sejarah Rasulullah SAW.

JUSTRU HAL TERPENTING YANG HARUS KITA LIHAT BAGAIMANA RASULULLAH SAW SEHINGGA MENJADI MANUSIA YANG TERBAIK DI MATA ALLAH SWT. Bagaimana umat bisa berubah jika mubaligh hanya bercerita tentang sejarah Rasulullah SAW, ini dari dulu sampai sekarang yang terjadi.

Hati-hati, kamu jangan berpikiran jadi mubaligh yang bagus ngomongna, besar amplopnya. Kita lihat kata ‘anfus’ (artinya cederung kepada sisi ruhiyah) berarti di dalam dada kita, di dalam jiwa kita ada satu amanah yang harus kita sampaikan yaitu amanah kerasulan, makanya dalam hadist tidak ada khatamur rasuuli yang ada khatamun nabiyyin.

Sebab kalau kerasulan ini ditutup dari zaman Rasulullah SAW berarti malaikat Jibril AS bebas tugas, bukankah Jibril itu satu kesatuan, memangnya Jibril cuma satu? kalau di kita mah Pangab, ABRI dipimpin oleh seseorang, Nah pemimpin malaikat Jibril yang sering datang kepada Rasulullah SAW.

Jadi apakah malaikat Jibril yang dulu sering datang ke Rasulullah SAW berhenti kerjanya alias pensiun? tidak, beliau terus bertugas dan bertugas dengan cara yang disesuaikan dengan kondisi zaman. Bagaimana caranya? ketika malaikat Jibril memperkenalkan kepada seorang hamba, melaksanakan perintah Allah SWT maka tiba-tiba dibuka jalur cahaya berwarna biru.

Kata malaikat Jibril “inilah yang disebut jalur tanpa batas”, maka ketika malaikat Jibril turun dengan serta merta cahaya yang berwarna biru itu berubah menjadi warna putih semakin mendekati tempat yang dituju cahayanya semakin hilang dan muncullah malaikat Jibril dalam sosok manusia.

Terus begitu dan begitu setiap ada persoalan malaikat Jibril datang menyampaikan dari Allah SWT. Selama si hamba belum bisa berhubungan langsung dengan Allah SWT karena butuh bobot yang sangat luar biasa untuk bisa berhubungan dengan Allah SWT langsung.

Berapa lama malaikat Jibril pulang pergi sekitar 4 tahun, setelah 4 tahun baru seorang hamba bisa berhubungan langsung, itupun jika telah mengadakan suatu perjalanan ruhani dalam batas-batas tertentu yang Allah SWT tentukan.

Setelah diberi bobot ruhani yang sangat luar biasa, inilah caranya. Ada cara-cara yang lain yang diberikan Allah SWT kepada seseorang karena tiap orang berbeda-beda, adakalanya caranya itu seperti dalam bentuk hati misalnya muncul ketika kita menghadapi masalah ada bisikan yang menunjukkan jalan pemecahannya. Tetapi itu terjadi tak sembarangan orang, melihat siapa orangnya, terus begitu dan begitu karena setiap hamba Allah SWT berbeda-beda peristiwa yang terjadi.

Oleh karena itu, malaikat Jibril yang ditugaskan Allah SWT tidak pernah pensiun, sama halnya tugas kerasulan itu tidak pernah berhenti, akan terus berjalan sampai ke akhir zaman. Sehingga apa yang diterima dari Allah SWT lewat malaikat Jibril setelah belajar dari malaikat Jibril kemudian langsung dari Allah SWT baru kewajiban kita menyampaikan konsep-konsep kerasulan.

Karena konsep seperti ini tidak bisa dan tidak pernah dipelajari di pesantren-pesantren, ini yang disebut ilmu spontanitas. Dengan cara yang tidak pernah sama, boleh jadi masing-masing kalian memiliki cara yang berbeda-beda, apakah dalam bentuk keteguhan mental, apakah dalam bentuk bantuan kesabaran, bisa macam-macam. --------- Bersambung ------------

Tanjungsari, 14 Maret 2022

Penulis Naskah : Adam Qosim Kosasih Natsir
Penyunting: Madyo Sasongko

Sumber: Kajian Ramadhan

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url