Pentingnya Kebersihan Ruhani

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ

Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan yang orang-orang yang menjaga kesucian lahirnya, begitu yang ditulis Qur'an dalam surat Al-Baqoroh ayat 222.

kesehatan lahir dan kebugaran batin

Ada 2 (dua) hal yang saling berpasangan, baik dan buruk, langit dan bumi, pria dan wanita serta termasuk di dalamnya lahir dan batin. Kondisi lahir akan prima jika kondisi batin juga padat dengan nutrisi ruhani. Dan sebaliknya jika jiwa di dalam diri terganggu, niscaya berdampak pada aktivitas keseharian lahiriahnya.

Begitu penting kondisi batin atau ruhani, sehingga didahulukan untuk diprioritaskan sebelum kondisi fisik jasmani atau lahir. Kenapa Allah menyebutkan internal (batin) sebelum eksternal (lahir)? Sebab fisik hanya casing yang bisa saja berwajah topeng kepalsuan, sementara ruhani sebagai salah satu ruang tersembunyi tak pernah menolak dan mengingkari kebenaran.

Seatheis-atheisnya manusia yang tidak percaya Tuhan, di dalam lubuk hati terdalamnya terdapat pengakuan yang tidak bisa menolak risalah kebenaran tentang adanya Tuhan.

التَّوَّابِينَ, Attawwaabiin atau diterjemahkan menjadi orang-orang yang bertaubat, adalah mereka yang selalau berupaya keras memelihara kesucian batinnya, ia tidak pernah mengijinkan apa pun mengisi ruang hatinya dengan selain Allah, lantunan dzikir tersembunyi selalu menjaganya, kesadaran penuh sebagai hamba selalu mengawalnya, sehingga pada fase tertentu seorang mukmin yang terus menerus memelihara kesucian batinnya akan sampai pada tangga attawwaab, julukan yang hanya disandang oleh Allah. Siapa saja yang sering melakukan taubat, secara otomatis posisi dirinya mendekati posisi Allah. Dan sebaliknya siapa saja yang menjauh Allah pun menjauh dari posisinya.

الْمُتَطَهِّرِينَ, diterjemahkan sebagai orang-orang yang bersuci. Jika dianalisis, kata almuthohhiriin, berasal dari kata dasar thoharo yang artinya bersih, namun kata dasar الْمُتَطَهِّرِينَ diambil dari kata ithtohharo dengan subjek pelaku muththohhir atau subjek yang terus menerus menjaga kesucian lahiriahnya.

Menjaga kesucian lahir tidak sebatas hanya pada berwudlu sebelum sholat, namun lebih jauh dari itu seorang mukmin yang sudah berikrar kepada Tuhannya sebagai Robb akan senantiasa berupaya menjaga seluruh asupan nutrisi konsumsi makan minumnya, supaya seluruh darah dagingnya tidak terkotori oleh si haram, dan seluruh tulang ototnya tidak terkontaminasi dengan asupan syubhat. Kata-kata lisannya terjaga, sikap tingkah lakunya dewasa, sehingga kondisi lahirnya tetap terus terpelihara.

Jika kedua kondisi lahir dan batin seseorang sudah seperti yang diharapkan Allah, maka secara bertahap posisi dan kedudukannya di mata Allah akan menjadi hamba yang mendekat dan terdekat kepada Allah, lalu tumbuhlah benih-benih cintanya kepada Allah, lalu Allah membalas cintanya, dan membantu memberikan taufiq (kekuatan) serta hidayah (petunjuk) untuk selalu tetap memelihara fisik lahir dan ruhani batinnya, hingga pada akhirnya Allah pun meridloi seluruh rangkaian perjalanan hidupnya, karena si hamba tadi selalu ridlo dan menerima dengan tulus cara Allah mengurus hidupnya.

Walloohu a'lam bish-whowwaab

Bandung, 15 Juni 2017 - 20 Ramadhan 1438 H

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url