Filosofi Pejuang

Filosofi Pejuang

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Ombak yang tenang tidak akan pernah melahirkan pelaut ulung, begitu juga dengan perbukitan yang datar tidak akan melahirkan pendaki yang tangguh.

Diujung zaman_Memang benar, dan mafhum mukholafah dari peryataan di atas adalah "Pelaut ulung akan sangat teruji kepiawannya mengendali kapal ketika ia berjuang mati-matian menerjang badai lautan dengan gulungan ombak tinggi yang mengancam. Begitu pula dengan seorang pendaki yang tangguh, ia tidak berjalan di bukit yang datar, tapi menaklukkan puncak-puncak tinggi. berjuang menaiki tebing-tebing terjal dengan ancaman kehilangan nyawa dan jatuh ke jurang.

Ya, itulah filosofi pejuang yang rela mengorbankan waktu, kesempatan, tenaga dan pikiran, juga perasaan dan hati demi meraih sebuah cita-cita yang diimpikan. [post_ad]

Dan itulah salah satu kunci rahasia kesuksesan menjalani kehidupan. Tak pernah ada kesuksesan tanpa perjuangan, tak pernah bisa disebut sebagai perjuangan jika tidak ada pengorbanan, tak ada pengorbanan jika tidak mempersiapkan kesabaran, tak ada kesabaran jika tidak dilandasi ketulusan, ketulusan tak akan tampak jika tidak didasari dengan keridloan.

Pejuang-pejuang Allah atau disebut di dalam qur'an sebagai hizbullah, adalah mereka yang berperang secara fisik melawan musuh di medan tempur dengan resiko gugur dan meraih predikat sebagai syuhada sebagai cita-cita tertinggi.

JIka kita ingin menjadi tentara atau pejuang Allah dan dijuluki hizbullah, kita harus berperang secara fisik ketika musuh-musuh Allah mengobarkan peperangan, dan darah musuh Allah menjadi halal di medang perang fisik yang sesungguhnya.

Namun jika pada masa damai, tidak ada julukan hizbullah yang ada adalah mujahid, yaitu mereka yang berupaya semaksimal mungkin mengerahkan segala daya upaya dan kekuatan untuk melawan amarah dan nafsu angkara murka yang bercokol di dalam hati. Rasulullah SAW menyebutkan bahwa jihad kecil yaitu perang fisik sudah terlewati dan akan masuk ke medan perang atau jihad besar yaitu perang melawan hawa nafsu.

Kenapa perang hawa nafsu disebut sebagai perang besar, sebab berasal dari nafsu lah semua keburukan, kejahatan, kriminalitas dan hal-hal buruk lainnya terjadi dan lahir.

Kata-kata yang diucapkan dengan lisan yang tak terkendali akan memicu permusuhan dan peperangan dan berpotensi memunculkan fitnah, seperti yang terjadi di abad sekarang, banyak sekali informasi yang bila tidak dicermati lebih detail sesungguhnya menggiring pembacanya untuk memasuki medan perang fitnah yang ujung-ujungnya dapat mengadu domba dan berpotensi disintegrasi bangsa, merusak tatanan yang sudah teratur dan rapi, mengoyak dan mencabik-cabik ketenangan dan ketentraman yang sudah lama dibangun.

Jadi, berhati-hatilah dengan tutur lisan yang dilontarkan sembarangan, sebab hal itu akan berpotensi menimbulkan kerusakan. Allah SWT menitipkan "janganlah kalian membuat kerusakan di muka bumi".

Dan marilah kita semua menjadi pejuang sejati yang selalu siap dan waspada mengendalikan nafsu diri, agar tetap selalu tercipta kedamaian di bumi pertiwi.

Bandung, 13 Januari 2016

Silakan bagikan tulisan ini di akun sosial media Anda supaya teman-teman Anda juga bisa mendapatkan manfaat yang sama

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Filosofi Pejuang"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

top