Resensi Buku Antologi Puisi ENGKAULAH BELAHAN

Oleh : Thamrin Sonata

Puisi, kerap diidentikkan dengan jiwa yang ringkas dari penulisnya. Larik-larik: kata-kata, kalimat, ujungnya sering sebuah perenungan penggubahnya. Dan itu, bisa pula sebuah pernyataan hati. Tentang apa saja, terlebih bila ia berusaha untuk menghadap ke Atas atas tarikan ketika baris-baris kata yang disusun untukNya sedekat-dekatnya membuncah.

Himpunan puisi dalam tajuk “Engkaulah Belahan”, hendak menuju dan diniatkan penyairnya kepada Yang. Mencoba mendekatkan, tersebab kekecilan dan kekerdilan dirinya. Jika sesungguhnya, itu sebuah upaya. Untuk sebuah pengakuan bisa panjang atas perenungan dan sekilas ketika “hidayah” itu terucap. Dan kemudian dituangkan. Semisal pada kuplet keempat Padamkan Pijaran:

taklukan kerasnya karang
dengan hati penuh kelembutan
padamkan pijar api yang memuncak
dengan sikap bijak penuh kesadaran

Syantrie Aliefya, mencari diri dan mencoba mendekatkan diri dalam puisi-puisinya yang terbilang rata, tak begitu panjang bahasa puitiknya dan teks-teks yang dituangkan. Dengan rima yang terjaga, meski dengan daya ucap “lama”. Dan mudah untuk memahami apa yang tersurat dan tersirat. Kendati tetap menggunakan bahasa sastra, sebisanya. Ada bahasa yang ditarik dari Kitabullah yang diyakininya, yang jauh dari puisi-puisi yang digubahnya. Bukan sebuah perbandingan, tentu. Kesadaran penuh sebagai seorang hamba Sang Khaliq dan kerinduan akan junjungannya, terbaca dengan jelas pada puisi yang dijadikan judul antologi ini: Engkaulah Belahan.

Engkaulah Belahan
Pemberi abadi keteladanan
Tak pernah bosan mengajarkan
Riwayat semesta kerasulan

Di sini Belahan dengan B besar. Jelas apa yang ingin disampaikan kepada lelaki pilihan yang bisa aktual sepanjang zaman pemberi abadi keteladanan termasuk dalam ingar-bingar di negeri ini dalam kekinian. Penyair dengan penampilan santun ini seperti ingin meneladani secara total pada Sang Belahan, kerasulannya.

Alumni Pondok Pesantren Darul Hidayah Bandung dan jebolan Fakultas Ilmu Komunikasi Jurusan Ilmu Penerangan Universitas Pajajaran Bandung ini tak mencoba mendobrak dengan frasa yang aneh-aneh. Baginya, menemukan kata sederhana dan bisa mendekatkan kepada Sang Ilahi adalah sebuah upaya akan kecintaan dan keimanannya yang terus mengalir. Sehingga puisinya berjumlah entah berapa ratus seperti sungai yang jernih dan mengalir tanpa bisa dibendungnya. Syantrie kadang seperti tidak mencari kata dan kanal untuk menggulirkan kata-kata dalam larik-lariknya. Sudah dengan sendirinya merambah ke dataran di bawahnya, bahkan ketika tentang bumi kelahirannya:

Ya Robbi
begitu berlimpah Engkau memberi
rupa kekayaan alam negeri pertiwi

Sejauh yang terbahasakan dalam puisi-puisinya, ia seorang penggubah yang mencari pegangan dalam kedalaman Kitab Suci yang dijadikan pegangan. Ia, tentu, masih dapat diminta untuk mewujudkan dalam upayanya sebagai seorang penggubah, nanti kelak. Puisi-puisi yang berjiwa. Yang terus untuk merapatkan hatinya, untuk meraih cintaNya.
***

Judul Engkaulah Belahan
Penulis Syantrie Aliefya
Cover Supo Wahono
Penerbit Peniti Media, November 2016
Tebal 103 halaman
ISBN 978-602-74796-8-5


Pemesanan Buku

dipublikasikan juga di Kompasiana

Silakan bagikan tulisan ini di akun sosial media Anda supaya teman-teman Anda juga bisa mendapatkan manfaat yang sama

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Resensi Buku Antologi Puisi ENGKAULAH BELAHAN"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

top