Hasbiyallah - Bagian ke-1 - Pintu Rububiyyah

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Hasbiyallah - Bagian ke-1 - Pintu Rububiyyah_diujungzaman

Segala puji hanya milik Allah, penguasa semesta raya di seluruh dimensi kehidupan, Shalawat dan salam tak lupa tercurah kepada pemimpin umat, pemimpin dunia, sayyidul alam Baginda Rasulullah ﷺ juga kepada keluarga, sahabat serta para taabi'it-taabi'iin dan seluruh pengikutnya di akhir zaman ini.

Dalam surat Al-Waqiah ayat 13 dan 14 disebutkan:
ثُلَّةٌ مِّنَ الْأَوَّلِينَ
Artinya: Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu,
وَقَلِيلٌ مِّنَ الْآخِرِينَ
Artinya: dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian

Perjuangan Islam bersifat terus menerus dan tidak pernah mengenal waktu, tidak mengenal lelah atau letih dan menghilangkan segala bentuk pertimbangan, karena justru mereka yang hidup di akhir zaman dengan segala keluh kesah yang ditampakkannya walaupun berangkat dari kaum yang sangat minor (kecil) akan menuju kepada umat yang terbesar di muka bumi ini.

Semoga kita semua bisa menyaksikannya, jika Allah berkehendak dan juga anak cucu kita yang kemudian berikutnya bisa sekaligus meneruskan dan menyaksikan sebagai orang-orang pilihan Allah untuk memiliki semangat juang penuh kegigihan dan juga penuh kecenderungan dan tanggung jawab terhadap agamanya yang selama ini diperjuangkan dan dicintai oleh pemeluknya, sehingga harapan Allah dan Rasul-Nya bisa terlaksana dan terwujud.

Perjuangan, walaupun harus ditebus dengan waktu yang tidak sebentar dan cukup lama namun kita tidak boleh sedikit pun memikirkan soal waktu seberapa lama melaksanakan perjuangan ini. Untuk itu kita semua berharap semoga Allah membuka semua kemudahan dan kelancaran dalam segala hal.

Pada umumnya manusia, baik dari kalangan muslim, kalangan mukmin ataupun dari kalangan manapun yang mengabdi, berbakti, dan bersujud kepada-Nya akan merasakan berat yang teramat sangat untuk menyerahkan sekaligus mempercayakan totalitas segala urusan hidup dengan segala kompleksitas permasalahannya kepada Allah semata.

Kalaulah kedua pintu dari konsep ketauhidan yang harus kita pegang, yaitu pintu Rububiyyah dan pintu Uluhiyyah tak pernah mau dimasuki. Kalau dalam Surat Al Muzammil ayat 9 ini Allah mendahulukan bahasa Rabb dengan isyarah
رَبُّ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَاتَّخِذْهُ وَكِيلًا
Artinya: (Dia-lah) Tuhan masyriq dan maghrib, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung

Dia-lah (Allah)yang menjadi pengurus wilayah masyriq (timur) dan wilayah magrib (barat) yang tidak ada Tuhan dalam hidup seorang hamba hanya Dia semata. Tanpa ada waktu terhenti karena berikutnya, jadikan Dia sebagai wakil yang mewakili segala persoalan dan urusan manusia kepada-Nya.

Pada potongan terakhir Surat Ali Imran ayat 173, Allah berfirman:
حَسْبُنَا اللّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
Artinya: CUKUPLAH ALLAH menjadi Penolong kami, dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung

Pada kalimat thoyyibah ada kalimat yang sering dilafalkan yaitu "Hasbiyaallah wa ni’mal wakil", kalimah yang pendek ini teramat mudah terjulur dari lisan siapapun tanpa harus dihapal dalam waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan, hanya cukup diucapkan berulang-ulang akan langsung hapal.

Hasbiyaallah wa ni’mal wakil yang artinya cukup Allah sebagus-bagusnya yang mewakili tetapi ada persyaratan yang tidak bisa ditolak dan harus (tidak boleh tidak), yaitu harus mampu melewati pintu Rububiyyah dan Uluhiyyah.

Karena tanpa kedua pintu itu perkataan Hasbiyaallah wa ni’mal waqil tidak akan membekas, tidak akan mencetak pribadi seorang mukmin yang bertawakal kepada Allah. Kalau dari sudut bahasa atau kalimah thoyyibah justru jauh dibandingkan dengan bahasa ‘tawakkaltu alaihi’ artinya aku bertawakal kepada-Nya ini kalau melihat perkataan Hasbiyaallah wa ni’mal wakil (cukup Allah sebagus-bagusnya wakil).

Dulu bahkan sering diulang-ulang untuk menuju pintu mahabbah (kecintaan kepada Allah) dan sebelum pintu mahabbah itu dibuka itu juga ada yang harus dilewati. Isyarah ‘Rabbul masyriqi wal maghribi’ ini adalah pintu pertama yang harus bisa ditembus masuk ke dalamnya lalu kamu terus berjalan melewati berbagai problema keseharian, cita-cita, apa saja yang didambakan, kecenderungan, gaya hidup, harus selalu adanya sebuah kesanggupan untuk bisa mengakui Allah sebagai Rabb.

bersambung ........

Wallahu a'lam bishshawwaab

Bandung, 12 Juni 2020
Penulis : Adam Qosim Kosasih Natsir | Editor: Madyo Sasongko

Referensi:
1. AlQuran Surat Al-Waqi'ah ayat 13 dan 14
2. AlQuran Surat Al-Muzammil ayat 9
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url