Kafir, Kuffaar dan Kufur. Apa Bedanya?

KAFIR, KUFFAAR DAN KUFUR - di ujung Zaman

Bismillaahirrohmaanirrohiim

Berulang kali istilah kafir berseliweran di ranah media mainstream dan media sosial, dan terus terang penulis merasa perlu menyampaikan tulisan yang berat namun berharap semoga nuansanya tidak mengeruhkan suasana, tapi memberikan sekedar pemahaman yang bisa dijadikan bahan rujukan.

Kata dasar dari kafir, kuffaar dan kufur, terambil dari kata "kafaro" yang artinya menutup atau tertutup. Lebih jauh kata kafaro diterjemahkan secara harfiyah sebagai tertutup, yang dimaksud bukan fisik jasmaniyah yang sifatnya ragawi, namun kata "kafaro" lebih cenderung dipadankan dengan fisik ruhani, yaitu hati.

Fungsi ataupun peran hati secara umum adalah sebagai pusat metabolisme (berperan dalam proses pemecahan dan pembentukan) gula, protein, dan lemak. Selain itu hati berperan dalam proses metabolisme obat-obatan yang kita minum, juga dalam pembentukan faktor pembekuan darah, dan menetralisir racun-racun yang ada di dalam badan kita

Hati merupakan organ tubuh yang mempunyai dua jenis atau dua bentuk, ada bentuk fisik jasmani yaitu organ hati yang secara umum berfungsi sebagai pusat metabolisme, yang berperan dalam proses pemecahan dan pembentukan gula, protein dan lemak serta menetralisir racun-racun yang ada di dalam badan kita. Dan satu lagi adalah hati dalam bentuk fisik ruhani.

Kata "kafaro" tidak bisa disandingkan dengan hati yang berwujud jasmani, tapi lebih cocok dan tepat jika bersanding dengan hati dalam bentuk fisik ruhani.

Baiklah, hati yang berlabel kafaro adalah hati yang tertutup. Tertutup dari apa? Jawabnya tertutup dari kebenaran mutlak yang disampaikan oleh Tuhan. Singkatnya orang yang hatinya tertutup dari nilai-nilai kebenaran berarti hatinya sudah kafaro.

Dalam gramatika bahasa Arab, kafaro adalah kata kerja, sementara subjek atau faa’il sebagai kata bentuk senyawanya disebut kaafir, artinya kaafir adalah subjek yang hatinya tertutup dan atau selalu menutup dari nilai-nilai kebenaran yang diajarkan Tuhan. Sebutan Kaafir berlaku bagi person tunggal sementara bentuk jamaknya disebut dengan kaafiruun.

Kuffaar adalah kata bentuk jadian yang dalam bahasa arab disebut dengan istilah jama taksir, diartikan sebagai orang-orang yang tertutup hatinya dari nilai-nilai kebenaran.

Kata kaafir atau lebih banyak orang menyebutnya kafir, adalah kata yang multitafsir, sebab dalam Al-Qur'an, kata kafir dan variasinya digunakan dalam beberapa penggunaan yang berbeda. Kafir atau orang yang menolak nilai-nilai kebenaran yang datang dari Tuhan dan Rasul-Nya memiliki dan melekat padanya sifat kufrun atau dalam istilah bahasa Indonesia disebut kufur.

Kafir, Kuffaar dan Kufur. Apa Bedanya?

Karena kafir dan sifat kufur yang multitafsir, dalam tulisan ini hanya dibahas dua aspek saja dari sifat kekufuran orang-orang kafir.

Yang pertama kafir atau kufur Itikad, ini menjadi prinsip dan esensi dari aqidah Islam. Penganut agama Islam disebut muslim dan penganut agama selain Islam disebut kafir secara itikad karena tidak mengakui satu paket prinsip sistem keyakinan yang di dalamnya mengandung dua testimoni (kesaksian). Testimoni pertama yaitu kesaksian sekaligus pengakuan bahwa hanya Allah sajalah yang disembah dan testimoni kedua adalah kesaksian sekaligus pengakuan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan terakhir-Nya.


Jadi manusia yang hatinya memiliki sifat kufur yaitu manusia yang mengingkari Allah sebagai satu-satunya yang berhak disembah dan mengingkari Rasul Muhammad SAW sebagai utusan-Nya yang terakhir.

Yang kedua Kufur nikmah (mengingkari nikmat): Dialamatkan kepada mereka yang tidak mau bersyukur kepada Tuhan. Dalam Qur’an disebutkan: "Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku (la takfurun)" . (Al-Baqarah ayat 152)

Untuk sifat kafir atau kufur yang kedua ini lebih menitikberatkan pada pemberian apa saja yang dianggap sebagai kenikmatan, kenyamanan dan keberadaan seorang muslim dalam kehidupannya. Artinya seorang muslim juga masih berpotensi memiliki sifat kafir atau bertindak kufur ketika seluruh pemberian Allah diingkarinya dan tidak disyukurinya. Lebih jauh orang-orang Islam yang tinggi hati selalu mengutamakan bahwa hanya karena dirinya serta hasil kerja keras dan seluruh keluh kesahnya saja ia bisa mendapatkan apa pun yang diinginkan dalam kehidupannya, sehingga dalam hatinya tidak ada rasa syukur dan berterima kasih kepada Allah.

Walhasil dalam kehidupan sosial di Indonesia yang menjadi rumah bangsa terbesar muslim dimana di dalamnya terdapat warga non muslim yang lain, sebaiknya tidak boleh sembarangan mengucapkan kata sensitif seperti kafir, sebab mungkin saja saudara kita yang setanah air dan sebangsa namun berbeda keyakinan juga memiliki pemahaman serta interpretasi yang juga benar tentang istilah kafir menurut keyakinannnya. Di sinilah batas demarkasi bagimu agamamu dan bagiku agamaku harus ditegakkan sebagai perisai keyakinan bagi masing-masing penganut agama dan kepercayaan agar terdapat kejelasan sikap ketika warga bangsa ini bersumpah untuk hidup penuh kerukunan, saling menghormati dan menghargai keyakinan masing-masing.

Dari uraian penjelasan di atas, dengan sedikit kecerdasan, kita pasti tahu bahwa istilah kafir yang sedang menjadi trending topic di negara ini sudah menjadi komoditas politik yang paling gampang dibumbu dan digoreng lalu digoreng lagi bolak-balik sampai gosong. Padahal Allah Yang Maha Pengasih sudah memberikan ilmu yang begitu luas agar seluruh hamba-Nya tidak terjebak ke dalam satu pengertian yang ditujukan hanya kepada seseorang atau kelompok agama tertentu sebagai kafir.

Walaupun istilah kafir lebih mudah diucapkan, namun penulis lebih senang menyebut saudara-saudara yang bukan penganut agama Islam sebagai saudara sebangsa yang non-muslim. Sebab bukan salah mereka lahir sebagai kristen, budha, hindu, kong hu cu, atau aliran kepercayaan lainnya, semuanya berhak hidup dan menjadi warga negara dan memperoleh hak dan kewajiban yang sama dalam bingkar Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sekian dulu tulisan singkat tentang satu istilah yang menjadi kosa kata dalam ajaran Islam, semoga memberikan sedikit pencerahan. Walloohu a’lam.

Bandung, 04 Nopember 2016

Silakan bagikan tulisan ini di akun sosial media Anda supaya teman-teman Anda juga bisa mendapatkan manfaat yang sama

Berlangganan update artikel terbaru via email:

5 Responses to "Kafir, Kuffaar dan Kufur. Apa Bedanya?"

  1. dan topik ini menguat kembali, terima kasih atas tulisannya...

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. Saya senang dg tulisan Anda. Namun ada bbrp hal yg ingin saya sampaikan dr pandangan islam :
    1. Manusia lahir dlm keadaan fitrah. Orang tuanyalah yg menjadikan mereka muslim, nasrani, atau majusi.
    Saya yakin anda lbh paham soal ini.
    2. Ketika sudah dewasa, mk agama adalah pilihan. Jadi bukan lagi bersangkutan dg keturunan. Jadi manusia bisa memilih.
    3. Kata kafir, atau kufur mrp kata yg halus. Allah tdk mengatakan non muslim dg sebutan kasar misal Orang terlaknat, orang tersesat dsb.
    Wahai, orang yg menutup diri. (Begitulah kira2...)
    4. Dlm keseharian, tentu tdk perlu memanggil orang yg non muslim dg kata misal : "Hai, kafir..". Tentu bisa menusuk perasaan krn di jaman skrng bisa punya makna pejoratif.
    Sebutlah dg sapaan yg baik, tnp mengidentifikasikan agamanya.
    Misal : "Wahai, Saudaraku.." dsb.
    5. Allah menganjurkan kita hidup berdampingan dg damai, berbinis dg cara adil, dengan umat lain.
    Ajaran ini dlm faktanya juga termuat pd piagam madinah.

    Semoga semua warganegara senantiasa terajut dlm persaudaraan.

    ReplyDelete
  4. Assalamualaikum wr wb. Terima kasih penjelasannya. Saya ingin menambahkan, jika salah mohon koreksi. Beda penggunaan kata kuffar dan kafir atau kafirun dalam alquran. Penggunaan kata kafir atau kafirun dalam arti umun semua orang yg tidak beriman kepada Allah, tetapi kata kuffar digunakan untuk orang kafir yg benci, memusuhi dan mengolok olok islam. Contoh surat attaubah ayat 3, jahidil kuffar, surat alfat asyidda u alal kuffar, almutoffifin alal kuffari yadhakun, mohon koreksi.

    ReplyDelete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

top